Orang Miskin dan Susah Jadi Target Anggota ISIS di Indonesia

Jum'at, 20 Maret 2015 | 05:30 WIB
Orang Miskin dan Susah Jadi Target Anggota ISIS di Indonesia
ISIS menggunakan bahasa isyarat untuk rekrut tuna rungu. (Youtube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelompok Radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dinobatkan sebagai ancaman besar untuk Indonesia. Begitu kata tegas yang keluar dari mantan anggota Jamaah Islamiyah Nasir Abbas.

Penegasan itu tidak main-main, kata Nasir yang kini sebagai pengamat terorisme dari Universitas Indonesia. Warga Negara Malaysia itu mempunyai rekam jejak pernah melatih pembom Bali di Afghanistan, membuat kamp pelatihan jihad (Kamp Hudabiya) di Mindanao, Filipina Selatan. Dia juga pernah menjadi kepala pelatihan militer JI. Dahulu dia disebut sebagai Mantiki Tiga.

"ISIS itu ancaman, bahaya, dan menumbuhkan bibit-bibit baru terorisme," kata Nasir saat berbincang dengan Suara.com di Restoran Bumbu Desa, Jakarta, Kamis (19/3/2015). Di sana, Nasir menjadi pembicara sebuah diskusi tentang terorisme dan pergerakan ISIS.

Sampai saat ini belum ada data resmi jumlah Warga Negara Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak. Bahkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pun tidak punya.

Namun belakangan seorang kakek bernama Chep Hermawan mengaku sudah menggelontorkan uang sebesar Rp 1 miliar untuk memberangkatan ratusan calon anggota ISIS dari Indonesia. Saat ini Chep sudah ditangkap. Chep merupakan mantan pimpinan ISIS di Indonesia. Dia menyebut ada 500 WNI ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Nasir menyebutkan tidak sulit merekrut seseorang untuk bergabung dengn ISIS. ISIS hanya perlu membuat orang Indonesia benci dengan negaranya sendiri. Terlebih belakangan media massa Indonesia menyoroti kegaduhan politik dan korupsi yang menimpa para pejabatnya.

"Salah satu modus atau pun cara merekrut orang adalah menumbuhkan rasa benci. Kenapa kita menjadi miskin dan susah. Oh pemerintah korupsi, pemerintah tidak beres, pemerintah tidak mengikuti perintah Allah," kata Nasir memberi ilustrasi.

Terlebih, di Indonesia banyak terdapat gerakan-gerakan yang selalu mengangkat penderitaan negara-negara di Timur Tengah yang dilanda perang. Sikap kepedulian sesama Muslim itulah yang bisa juga menjadi 'pancingan' WNI bergabung dengan ISIS.

"Semua itu menimbulkan satu rasa persepsi yang sama. Lalu mereka bertanya apa sih cara untuk kita menghentikan kezaliman itu semua? Jadilah mereka menyebut Amerika musuh Islam, Densus 88 memusuhi Islam. Terakhir timbul rasa ingin jihad," paparnya.

Cara lain ISIS rekrut anggota, yaitu lewat pertemanan atau keluarga. Banyak anggota ISIS yang bergabung karena faktor pertemanan dan garis keturunan.

Sementara ditemui di tempat yang sama, Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris mencatat berbagai alasan WNI tergiur bergabung dengan ISIS. Yang terbesar adalah alasan ekonomi.

Dia mengatakan, ISIS bisa menggaji para jihadisnya dengan gaji ribuan dolar Amerika Serikat. Jika dirupiahkan minimal senilai Rp20 juta perbulan.

"Tapi ada juga yang alasannya untuk berjihad. Jadi alasan kesejahteraan untuk mendapatkan uang, dan alasan kesenangan untuk berjihad," kata Irfan.

Lalu apa bahayanya untuk Indonesia? Sementara para jihadis itu berjuang di Suriah dan Irak.

"Kalau mereka kembali ke Indonesia? Mereka membawa jiwa jihad versi ISIS di Indonesia? Ini ancaman," tegas Irfan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI