Kisah itu dialami Tarini, perempuan berusia 28 tahun. Dia menjadi PSK karena mendengar kisah sukses.
"Banyak sepupu saya bekerja sebagai pelacur dan aku melihat mereka berhasil. Ketika mereka kembali ke desa, mereka bersih dan berkulit putih. Itu tampak seperti sebuah pekerjaan yang baik," kata Tarini.
Tarini menjadi PSK di Batam saat berusia 13 tahun. Tarini dijual orangtuanya seharga Rp 2 juta, jumlah yang besar saat itu. Selama di Batam, Tarini melayani turis Singapura selama 2 pekan. 'Gaji'nya Rp 5 juta perbulan.
Tarini kaya mendadak dan membeli tanah di kampungnya untuk orangtua. Selama 8 tahun dia menjadi PSK dan sekarang sudah punya rumah besar.
Sekarag Tarini terinveksi AIDS. Sebab selama 8 tahun bergonta-ganti pasangan, dia tidak menggunakan kondom.
"Ketika saya berbicara tentang penyakit, mereka bilang Yah, itu risiko Anda," kenang Tarini.
Tarini pun menikah dan mempunyai anak. Dia berhenti menjadi PSK. Namun anaknya juga terkena AIDS.
"Seluruh tubuhnya penuh penyakit, di kulitnya ada jamur," kata Tarini.
Mengetahui dirinya terkena AIDS, suami Tarini pergi. Dia menjual rumah besarnya untuk membayar biaya pengobatan anak laki-lakinya, Putra Kirana. Dia jatuh dalam kemiskinan.
Tarini pun kembali menjadi PSK. Sebab bukan hanya anaknya yang harus diobati, dia juga harus diobati karena digerogoti virus mematikan AIDS.