"Tidak mudah untuk pergi keluar, bahkan pada hari libur atau untuk berbelanja. Karena penjaga keamanan selalu membuntuti. Mereka mengikuti untuk memastikan Anda tidak lari atau kabur ke kampung," kata Asiah.
Sukim menjelaskan kebanyakan orangtua yang menjual anak perempuannya untuk menjadi PSK karena alasan ekonomi. "Mana yang lebih baik?," tanya Sukim. Menjadi petani di sawah hanya mendapatkan uang Rp30 ribu perhari. Sementara menjadi buruh migran atau TKI harus berpikir panjang. Jauh dari negara dan rawan tindakan penganiayaan dan pemerkosaan oleh majikan.
Kata Sukim, pendidikan menjadi masalah di sana. Banyak anak putus sekolah setelah SD. Terlebih banyak gadis di usia 15 tahun menjadi pengangguran. (The Age)