Suara.com - Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahan mengaku telah memproses dua anggotanya terkait kasus peluru nyasar yang menyebabkan dua orang tertembak di Bandara Mopah Merauke, Papua.
Ayah dan anak, masing-masing bernama Sugino (32) dan Nofan (6) terkena peluru nyasar saat bersandar di dinding bandara berbahan triplek yang tertembus peluru. Nofan langsung tewas ditempat.
Fransen juga menyebutkan kejadian itu bukti bahwa dua prajuritnya tersebut tidak profesional, sehingga keduanya saat ini diproses oleh polisi militer Kodam Cenderawasih dan akan dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
“Keduanya, baik perwira dan prajurit adalah anggota TNI yang ceroboh sehingga harus dihukum. Terutama Kepala Bekang yang membawa senjata api dalam kunjungan ke daerah, ini sangat saya sesalkan. Seharusnya perwira atau pejabat utama tidak usah membawa senjata, karena disana ada prajurit," ujarnya, Kamis (12/3/2015).
Menurutnya, hasil pemeriksaan yang dilakukan Pomdam, Praka Dedy yang memegang pistol jenis FN selama ini jarang memegang senjata api jenis tersebut. Dan pistol sejenis itu hanya bisa dipegang atau indeksnya prajurit berpangkat perwira.
“Jadi Praka Dedy tidak pernah pegang jenis ini, sehingga saat memeriksa senjata itu, dia lebih dulu mengkokang bukan melepaskan magazinenya, lalu menembak ke arah dinding ini juga menyalahi prosedur semestinya ke atas," jelas dia.
Sebelumnya Nofan yang mengidap kanker tulang tertembak saat Praka Dedy anggota Yonif 755/Yalet hendak memeriksa amunisi senjata api milik Ka Bekang Letkol Joko Pitoyo, yang saat itu akan terbang menuju Jayapura.
Tak hanya Nofan, sang Ayah Sugiono pun terkena luka parah dibagian dada dan kini tengah menjalani rawat rujukan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Ditgaskan Fransen, ini sebagai bentuk tanggung jawab TNI atas kelalaian prajuritnyam
"Ini menjadi tanggung jawab kami atas kelalaian prajurit. Pak Sugiono saat ini dirawat intensif di RSPAD Gatot Subroto dan kondisinya sudah mulaimembaik. Kami juga memberikan bantuan kepada pihak keluarga korban,"tandasnya. (Lidya Salmah)