Kisah Pekerja di Balik Seng Proyek MRT Sudirman

Kamis, 12 Maret 2015 | 08:20 WIB
Kisah Pekerja di Balik Seng Proyek MRT Sudirman
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, Senin (9/3). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengerjaan proyek mass rapid transit atau MRT sudah direncanakan begitu lama. Proyek baru dimulai di zaman Joko Widodo masih menjabat Gubernur DKI Jakarta.

Setelah Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, proyek yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan Ibu Kota tersebut dilanjutkan pengganti Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Saat ini, proyek pendukung pengadaan transportasi massal tersebut sedang dikebut agar masalah kemacetan Ibu Kota sedikit berkurang.

Salah satu titik proyek berada di sepanjang Jalan Sudirman - Thamrin. Seng-seng tinggi dipasang di sisi-sisi bagian tengah jalan. Seng-seng itu untuk membatasi lokasi proyek dengan jalur kendaraan.

Di dalam area yang dibatasi seng, terdapat ratusan orang yang bekerja siang malam. Alat-alat berat, seperti eskavator dan kendaraan pemasang paku bumi, menderu-deru. Truk-truk besar hilir mudik mengangkut material.

Arum, salah satu pekerja, bercerita suka duka bekerja di proyek tersebut. Ia mengaku semula tidak pernah berniat untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat, seperti di proyek ini.

Tapi, kata dia, karena terdesak ekonomi, Arum pun menerjuninya, meskipun awalnya tidak tahu banyak soal pekerjaan tersebut.

"Saya itu nggak pernah nyangka bisa bekerja di proyek semacam ini, ini kan pekerjaannya sangat berat ya, tapi akhirnya tertarik juga dan sekarang malah senang," kata Arum saat ditemui di depan Blok M Plaza, Jakarta Selatan, Kamis (12/3/2015).

Tugas Arum sehari-hari ialah membantu bagian pengecoran tiang pancang.

"Saya sebagai pengecor tiang yang dalamnya sekitar 60-70 meter, tapi itu, kan tinggal masukin tiangnya saja, karena sudah jadi, sementara lubangnya itu dibor," katanya.

Awalnya ia hanya mengikuti perintah atasan maupun teman-teman yang sudah berpengalaman. Setelah sekitar lima bulan bekerja, dia mendapatkan pelatihan khusus dari kepala proyek yang berasal dari Jepang.

Sekarang, kata lelaki asal Karawang tersebut, sudah bisa mengikuti irama kerja.

"Memang sangat berat ya, meskipun begitu cukuplah gajinya," kata Arum. Ia mengaku sebulan gajinya mencapai Rp4 juta.

Arum menambahkan masing-masing pekerja memiliki bidang masing-masing.

Arum memperkirakan proyek MRT ini akan berakhir sekitar tahun 2020.

"Proyeknya ini kan sampai 2020-an, kalau saya mungkin setahun lagi, kalau tugas kita sudah selesai," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI