Suara.com - Beberapa hari ini, Indonesia ribut soal belasan WNI yang hilang di Turki dan diduga bergabung dengan kelompok ISIS atau Islamic State. Sebelumnya, belum lama ini, Menko Polhukam sendiri bahkan pernah mengaku bahwa ada banyak WNI yang diduga bergabung dengan ISIS.
Benarkah demikian? Berdasarkan catatan sejumlah organisasi maupun pemberitaan media internasional, sebenarnya belum ada data pasti (resmi) yang menunjukkan adanya warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS, khususnya di kawasan Irak dan Suriah sana. Apalagi terkait jumlahnya, yang sama sekali tidak bisa dipastikan.
Sementara terkait jumlah anggota atau tentara ISIS sendiri, pada September 2014 lalu misalnya, sebagaimana diberitakan CNN, lembaga intelijen Amerika Serikat (AS) CIA hanya bisa memprediksi jumlahnya mencapai 20.000 sampai 31.500 orang. Di antara jumlah tersebut, menurut sumber CIA, sebanyak lebih dari 15.000 diperkirakan adalah warga asing, termasuk di dalamnya sekitar 2.000 warga negara-negara Barat. Total, sumber CIA memperkirakan mereka berasal dari tak kurang 80 negara.
Sedangkan pada November 2014 lalu, seorang pejabat pemerintahan Kurdi di Irak, menyebutkan angka perkiraan yang jauh lebih besar. Seperti diberitakan Independent, Fuad Hussein, nama Kepala Staf Presiden Massoud Barzani, itu memperkirakan jumlah anggota ISIS setidaknya mencapai 200.000 orang. Dia memperhitungkan itu antara lain dengan melihat kawasan yang dikuasai ISIS, yang menurutnya mencapai masing-masing sepertiga daerah di Irak maupun di Suriah, serta kenyataan aktifnya ISIS melakukan aksi militer di berbagai tempat.
Akan halnya terkait data negara-negara asal anggota ISIS dari luar Irak dan Suriah, sejauh ini memang belum ada angka resmi yang dimunculkan. Namun data dari International Centre for the Study of Radicalisation and Political Violence (ICSR) yang dirilis akhir Januari 2015 ini, setidaknya bisa menjadi ukuran. Untuk diketahui, lembaga yang berbasis di London ini sudah dikenal antara lain sebagai salah satu konsultan pertemuan Dewan Keamanan PBB.
Berikut data negara-negara asal anggota ISIS --yang hanya disebut sebagai kelompok militan di Irak dan Suriah-- versi ICSR, yang dibagi menjadi kelompok negara-negara Eropa Barat serta negara-negara lainnya:
Eropa Barat
-Austria (100-150 orang yang diperkirakan sudah bergabung)
-Belgia (440)
-Denmark (100-150)
-Finlandia (50-70)
-Prancis (1.200)
-Jerman (500-600)
-Irlandia (30)
-Italia (80)
-Belanda (200-250)
-Norwegia (60)
-Spanyol (50-100)
-Swedia (150-180)
-Swiss (40)
-Inggris/UK (500-600)
Negara-negara atau bangsa (kawasan) lainnya:
-Afghanistan (50)
-Albania (90)
-Aljazair (200)
-Australia (100-250)
-Bahrain (12)
-Bosnia (330)
-Kanada (100)
-Cina (300)
-Mesir (360)
-Israel/Palestina (120)
-Yordania (1.500)
-Kazakhstan (250)
-Kosovo (100-150)
-Kuwait (70)
-Kyrgyzstan (100)
-Lebanon (900)
-Libya (600)
-Makedonia (12)
-Maroko (1.500)
-Selandia Baru (6)
-Pakistan (500)
-Qatar (15)
-Rusia (800-1.500)
-Arab Saudi (1.500-2.500)
-Serbia (50-70)
-Somalia (70)
-Sudan (100)
-Tajikistan (190)
-Turki (600)
-Turkmenistan (360)
-Tunisia (1.500-3.000)
-Ukraina (50)
-Uni Emirat Arab (15)
-Amerika Serikat (100)
-Uzbekistan (500)
-Yaman (110)
*Catatan: ICSR menggarisbawahi bahwa angka-angka itu hanya perkiraan, meski berdasarkan apa yang coba mereka kumpulkan dari data resmi pemerintah masing-masing. Selain itu, disebutkan bahwa sekitar 5-10 persen dari angka itu mungkin sudah berkurang, baik karena tewas dalam peperangan, maupun pulang (keluar dari ISIS).
[CNN/Independent/ICSR]
BERITA MENARIK LAINNYA:
Buktikan Payudara Asli, Duo Serigala Rela Diremas
Bocah yang Tertembak Senjata Tentara Ternyata Sakit Kanker Tulang
Perlakuan Keji di Lokasi Jatuhnya MH17 Terekam Kamera
Ini Surat Terakhir Kayla Mueller Sebelum Tewas di Markas ISIS