Menurut dia, PP Pelti harus mengeluarkan strategi khusus dalam menjembati prestasi atlet ketika beralih dari level junior ke senior (di atas usia 18 tahun) atau level junior ke profesional.
Kompetisi yang ada di dalam negeri relatif kurang dari sisi jumlah dalam memenuhi kebutuhan atlet, terutama ketika atlet beranjak dari junior ke level senior.
"Kompetisi sudah tidak berkualitas, jumlahnya juga sedikit. Atlet banyak santainya dibandingkan saya dahulu, terkadang sampai istirahat tiga hingga empat bulan karena tidak ada kompetisi untuk raih poin profesional," kata dia.
Seharusnya, kata dia, PP Pelti mengelola suatu kompetisi yang berkesimbungan sehingga petenis nasional tidak ada yang tidak masuk peringkat dunia.
"Ini kan kasihan, seperti Aditya Harry Sasongko yang notabene atlet nasional, tetapi tidak ada peringkat dunianya karena tidak ada kesempatan untuk cari poin di dalam negeri. Jika sudah begitu, dia tidak bisa main di luar negeri karena umumnya turnamen mendaftar atlet berdasarkan peringkat ATP," kata pelatih yang kerap dipercaya membawa atlet junior ke ajang internasional ini.
Prestasi tenis Indonesia sempat mendunia pada era 80-an hingga 90-an ketika masih diperkuat Tintus Arianto Wibowo, Suharyadi, Wailan Walalangi, Abdulkahar Mim, dan Bonit Wiryawan pada sektor putra, serta Yayuk Basuki dan Suzana Anggarkusuma pada sektor putri.
Pada tahun 1988, Tim Davis Indonesia berhasil menembus 16 besar dunia dan menantang Jerman Barat yang ketika itu diperkuat pemain dunia, Boris Becker, Carl Uwe Steeb, dan Patrick Kuehnen.
Kemudian, Yayuk Basuki berhasil mencetak sejarah setelah melesat ke peringkat 20 besar dunia dan kerap menyulitkan Martina Navratilova, Monica Seles, dan Gabriela Sabatini yang peringkatnya lebih tinggi. Yayuk juga selalu menyumbang medali emas di Asian Games dalam kurun waktu 1986--1998.
Bagi Christo, prestasi para senior ini adalah masa lalu, dan masa kini adalah yang terpenting karena ada harapan di dalamnya untuk masa datang yang lebih baik.
"Kartu sudah dibagikan, saya harus memainkan kartu yang didapatkan. Saya tidak bisa lagi berkata agar kartu dikocok ulang karena permainan sudah dimulai," ujar Christo menutup perbincangan. (Antara)