Suara.com - Hari ini, 8 Maret 2015, genap setahun pesawat maskapai Malaysia Airlines MH370 hilang. Hingga saat ini, pencarian pesawat yang menelan biaya jutaan Dolar tak kunjung membuahkan hasil.
Pemerintah Malaysia, melalui Menteri Transportasi Liow Tong Lain mengaku masih berkomitmen untuk melakukan pencarian. Kendati demikian, mereka juga tak yakin, langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya jika pencarian bawah laut yang kini masih berlangsung tak pula berhasil.
"Warga Malaysia mengingat tanggal ini. Masyarakat dunia akan mengingat tanggal ini - hilangnya MH370 para 8 Maret - dan duka kami bersama para kerabat dan keluarga penumpang dan kru MH370," kata Liow Tong Lai ketika memberikan keterangan pers di Kuala Lumpur, hari Sabtu (7/3/2015).
"Saya ingin mengatakan kepada para kerabat penumpang dan kru bahwa kami akan melanjutkan komitmen kami melakukan pencarian," sambungnya.
Namun, Liow juga mengatakan bahwa jika tak ditemukan apapun di zona pencarian saat ini, maka tim pencari akan kembali ke meja analisis. Menurutnya, tim pencari akan meneliti kembali seluruh data yang tersedia untuk mencari tahu lokasi pesawat.
"Kami butuh nasihat dari para pakar bagaimana kami melakukan langkah selanjutnya," kata Liow.
Pernyataan Liow senada dengan pernyataan yang disampaikan Perdana Menteri Australia Tony Abbott hari Kamis lalu. Abbott menyampaikan keraguannya akan keberhasilan pencarian.
Abbot mengatakan, meski dirinya berkomitmen untuk melakukan pencarian, dirinya tidak dapat menjanjikan bahwa pencarian akan dilakukan dengan intensitas seperti yang dilakukan saat ini selamanya.
Empat kapal pencari kini masih menyisir Samudera Hindia dengan teknologi sonar canggih. Kini mereka memfokuskan pencarian pada zona prioritas seluas 60 ribu kilometer persegi dan diperkirakan akan rampung pada bulan Mei mendatang. Lebih dari 40 persen zona pencarian sudah selesai disisir tanpa tanda-tanda keberadaan MH370.
Pesawat Malaysia Airlines MH370 hilang dari radar pada 8 Maret 2014 pada pukul 12.41 dini hari usai lepas landas dari Bandara Internasional Kuala Lumpur. Pesawat yang seharusnya mendarat di Beijing itu raib bersama 239 penumpang dan krunya, di mana 7 diantaranya adalah warga negara Indonesia. (ABC)