Suara.com - Phiona Mutesi pernah merasakan sulitnya untuk mendapatkan makanan di usia 9 tahun. Tetapi, itu adalah cerita lama ketika bocah perempuan itu masih menjadi bagian dari warga miskin di Uganda.
Kini, Phiona sudah menjadi pecatur handal Uganda yang bertanding di tingkat internasional. Kisah hidup Phiona akan segera diangkat ke layar lebar oleh Hollywood di mana peraih Piala Oscar Lupita Nyong’o akan bermain sebagai ibu kandungnya.
“Ayah saya meninggal dan sejak usia tiga tahun kami sekeluarga kesulitan untuk sekadar makan hari-hari, ibu saya tidak bekerja,” katanya.
Saking miskinnya, Phiona hanya bisa makan satu kali sehari. Dia juga harus putus sekolah di usia 6 tahun karena kesulitan biaya. Suatu hari, Phiona menemukan program catur yang digelar di sebuah gereja di wilayah kumuh di Kampala.
Peserta yang potensial bisa mendapatkan secangkir bubur ayam gratis. Sejak itulah, Phiona memutuskan untuk bermain catur. Dia mendatangi gereja itu setiap minggu. Minggu demi minggu berlalu dan sesuatu yang tidak diharapkan membuat kehidupan Phiona berubah.
“Catur merupakan sesuatu yang menarik. Namun, awalnya saya tidak tertarik dengan catur tetapi hanya demi mendapatkan makanan gratis,” ujar Phiona yang mulai menekuni catur pada 2005.
Phiona ternyata mempunyai bakat besar dalam olah raga catur. Bakatnya itu kemudian berubah menjadi sebuah semangat.
“Saya suka catur karena melibatkan perencanaan. Apabila Anda tidak punya rencana, maka hidup Anda akan berakhir dengan sangat buruk,” jelasnya.
Film yang mengangkat kisah hidup Phiona diberi judul Queen of Katwe yang diambil dari buku dengan judul yang sama karya Tim Crothers. Film yang akan disutradarai Mira Nair itu akan syuting di Uganda dan Afrika Selatan pada Maret ini.
Pelatih dan juga mentor Phiona, Robert Katende belum hilang dari ingatannya saat pertama kali bertemu dengan bocah perempuan itu, satu dekade lalu.
“Dia mengenakan baju yang sobek dan punya semangat untuk tetap bertahan hidup,” kata Robert.
Dua tahun menekuni catur, Phiona meraih gelar juara di tingkat yunior. Gelar itu berhasil dipertahankan pada tahun berikutnya.
“Phiona telah berkembang. Dia mencetak sejarah di kompetisi sekolah saat menjadi pecatur perempuan pertama yang bertanding di kategori laki-laki. Itu sangat mengejutkan,” kata Robert.
Ketika pertama kali ikut kompetisi catur tingkat internasional di Sudan Selatan pada 2009, Phiona masih belum membaca buku.
“Hanya percaya kepada diri sendiri,” kata Phiona.
Perjalanan ke Sudan Selatan tidak akan pernah dilupakan Phiona karena itu merupakan kali pertama dirinya ke luar negeri.
“Itu juga kali pertama saya tidur di hotel. Kami pulang dengan membawa trofi juara,” ceritanya.
Sejak itu, Phiona telah tampil di Olimpiade catur di Siberia serta Turki di mana dia mendapatkan gelar Woman Candidate Master. Phiona berharap bisa tampil di Olimpiade 2016 di Azerbaijan.
Di luar negeri, Phiona sudah pernah menghadapi pahlawannya, Garry Kasparov yang merupakan mantan juara dunia catur. Di Uganda, popularitas Phiona tidak perlu diragukan lagi.
“Jumlah peserta perempuan yang ikut dalam kompetisi catur meningkat dua kali lipat,” kata Luggya, Presiden Federasi Catur di Uganda.
Kini, perjalanan hidup Phiona, bocah ajaib asal Uganda itu akan segera dihadirkan di layar lebar. (Emirates24/7)