Suara.com - Wilayah Nusa Tenggara Timur terutama bagian selatan dan utara rawan terjadi gempa bumi. Jumat (27/2/2015) malam kemarin gempa mengguncang Flores Timur, NTT sebesar 7,1 skala ricter.
Sehingga masyarakat setempat diimbau waspada. Sebab gempa bumi tidak dapat diprediksi. Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Klas I Kupang Sudaryono mengatakan distribusi gempa yang terjadi di selatan Sumbawa dan sekitarnya merupakan akibat aktivitas di zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menghunjam di bawah lempeng Eurasia.
Sedangkan di bagian utara adalah gempa dari aktivitas sesar aktif Flores. Sudaryono mengatakan hal itu terkait seringnya terjadi gempa bumi di wilayah kepulauan itu terutama di Pulau Flores, Nusa Tengggara Timur.
Menurut dia, lokasi gempa merupakan zona sesar aktif yang berada di sebelah utara Pulau Flores. Sesar tersebut mengalami perpanjangan hingga di sebelah timur laut Bali yang dikenal sebagai Flores back arc thrust (sesar naik belakang busur kepulauan Flores).
"Aktivitas dari sesar naik belakang busur kepulauan inilah yang menyebabkan gempa bumi juga banyak terjadi di utara kepulauan Sumbawa hingga Flores," jelasnya di Kupang, Sabtu (28/2/2015).
Dia mengatakan gempa bumi yang terjadi itu merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian lempengan dalam bumi secara tiba-tiba.
"Gempa bumi terjadi apabila tenaga yang tersimpan dalam bumi. Biasanya di dalam bentuk geseran lempengan yang tiba-tiba terlepas," katanya.
Selanjutnya ukuran besaran gempa bumi diukur dengan menggunakan Skala Richter atau logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum. Gempa bumi basanya dicirikan dari skala satu hingga skala sembilan berdasarkan skala Richter.
Gempa bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli. Getaran gempa bumi dari tidak terasa sama terasa kuat, satu satuan lagi yang sering digunakan oleh USGS adalah Magnitude.
Ini (gempa bumi) umumnya disebabkan antara lain proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah, aktivitas gunung api dan ledakan nuklir.
"Seringkali jika terjadi gempa banyak bangunan ikut roboh karena pada saat terjadi gempa, energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa," katanya.
Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk hingga menimbulkan tsunami. Tetapi yang terjadi di Flores Timur, Jumat, (27/2) malam tidak memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk hingga tidak menimbulkan tsunami. Karena tingkat kedalamannya hanya berkisar 500-572 km. (Antara)
NTT Selatan dan Utara Rawan Gempa
Pebriansyah Ariefana Suara.Com
Sabtu, 28 Februari 2015 | 11:22 WIB

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Trauma Gempa, Pria Turki Pilih Tinggal di Gua Selama 2 Tahun!
26 Februari 2025 | 08:39 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI