Suara.com - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais meminta Presiden Joko Widodo mengungkapkan isi percakapan dengan Perdana Menteri Australia Tony Abbott agar tidak menimbulkan spekulasi dalam masyarakat.
"Presiden Jokowi harus menyampaikan kepada publik apa sikap presiden yang disampaikan ketika ditelepon PM Abbott, itu yang kita tunggu," kata dia di Jakarta, Kamis (26/2/2015).
Dia mengharapkan Presiden Jokowi berkata kepada PM Abbott bahwa pernyataan Abbott soal bantuan tsunami itu tidak pantas untuk norma orang Asia.
Hal itu harus diungkapkan Presiden Jokowi karena PM Abbott sudah mengklaim ada pembicaraan antara kedua kepala pemerintahan tersebut.
"Presiden Jokowi harus membuka isi pembicaraan kepada publik karena kalau tidak akan menimbulkan berbagai persepsi. Selain itu PM Abbott sudah mengklaim isi pembicaraan itu," ujar dia.
Hanafi menilai hotline kedua pemimpin adalah hal lumrah dalam diplomasi.
"Persoalannya Presiden Jokowi harus menyampaikan ke publik apa sikapnya ketika ditelepon PM Abbott," ujar dia.
Menurut Hanafi, pernyataan Abbott yang menyatakan Presiden Jokowi mempertimbangkan posisi Indonesia dengan hati-hati adalah upaya berbagai cara Abbott dalam menekan Presiden. Dan kini keputusan tergantung kepada Presiden Jokowi.
"PM Abbott itu tipe hawkish, jadi pasti agresif melobi. Sementara Presiden Jokowi tipe dovish jadi bertahan terus," kata dia.
Menurut kantor berita AFP, Tony Abbott mengaku telah berbicara lewat telepon dengan Jokowi terkait rencana eksekusi mati dua warga Australia dalam kasus narkoba.
Abbott meyakini Presiden Jokowi sedang mempertimbangkan posisi Indonesia dengan hati-hati mengenai hukuman mati terhadap dua warga negara Australia.
Abbott menyebut Presiden Jokowi temannya dan memahami posisi Australia. Dia juga menilai pembicaraannya dengan Presiden Jokowi adalah sinyal positif dan tanda dalamnya persahabatan Indonesia-Australia. (Antara)