Suara.com - Beberapa warga di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, menyumbangkan emas kepada korban tsunami untuk menggantikan bantuan Australia yang pernah diberikan pascatsunami 2004. "Kami bergerak atas panggilan hati sebagai masyarakat Aceh untuk membantu saudara-saudara yang terkena bencana tsunami. Karena itu, kami menyumbangkan emas menggantikan bantuan yang pernah diberikan Australia," kata Maulida, seorang warga, di Meulaboh, Rabu (25/2/2015).
Emas perhiasan beserta surat tersebut disumbangkan Maulida kepada korban tsunami yang sedang menggalang koin di posko induk pengalangan koin untuk Australia di Jalan Nasional, Meulaboh.
Menurut Maulida, sebagai masyarakat dirinya cukup merasa tersinggung dan sakit hati atas pernyataan resmi Perdana Menteri Australia Tonny Abbot yang mengungkit bantuan yang pernah diberikan untuk korban tsunami saat itu.
Maulida yang didampingi rekan sejawatnya, Pipit Isnawati kepada sejumlah media di Meulaboh menjelaskan, bahwa mereka juga akan ikut membantu masyarakat korban tsunami mengalang koin untuk mengembalikan bantuan negeri kanguru senilai Rp13 triliun.
"Kami kecewa. Kami juga tidak menyangka mereka (Australia) ternyata tidak ikhlas dengan apa yang sudah diberikan, sehingga diungkit-ungkit lagi. Padahal itu sudah 10 tahun lamanya," kata dia.
Rahmad Ojer, koordinator posko penggalangan koin untuk Australia, mengatakan bahwa untuk besaran yang disumbangkan warga Aceh ini tidak dapat disebutkan berapa jumlahnya.
"Nanti kalau sudah terkumpul dan kami serahkan kepada Dubes Australia di Indonesia, baru kami umumkan. Sumbangan yang kami terima ada berupa uang recehan koin bahkan emas. Jika perlu, pakaian bekas produk Australia kami tampung,"ujar dia.
Rahmad menjelaskan, penggalangan tersebut akan terus dilanjutkan sampai eksekusi terpidana mati dua orang Australia dilaksanakan oleh pemerintah karena yang dilakukan mereka adalah merusak bangsa Indonesia.
Masyarakat korban tsunami menilai sikap Perdana Menteri Australia Tonny Abbot kekanak-kanakan karena mengungkit apa yang sudah diberikan negara mereka membantu pascatsunami Aceh.
"Kalau sudah dilakukan eksekusi mati dua WNA Australia barulah aksi kami hentikan, kalau memang uangnya juga belum cukup maka akan dicari cara lain untuk menutupi kekurangannya," kata Rahmat Ojer. (Antara)