Seperti Ini Kehidupan di Raqqa, Ibu Kota ISIS di Suriah

Doddy Rosadi Suara.Com
Rabu, 25 Februari 2015 | 12:42 WIB
Seperti Ini Kehidupan di Raqqa, Ibu Kota ISIS di Suriah
Latihan ISIS di kamp khusus anak-anak. (Youtube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - “Tidak sulit untuk bisa masuk ke Raqqa. Yang jadi permasalahan adalah keluar dari Raqqa,” kata Al-Raqqawi, salah satu aktivis kepada CNN.

Nama lengkapnya Abu Ibrahim al-Raqqawi. Suaranya tenang dan teratur ketika dia menceritakan kehidupan di kota Raqqa yang diklaim sebagai ibu kota kalifah oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Serangan udara, eksekusi, donor darah secara paksa dan juga pernikahan dengan pejuang ISIS adalah kehidupan yang terjadi di Raqqa. Al Raqqari bukan nama aslinya.

Nama itu digunakan mantan mahasiswa kedokteran tersebut membantu kelompok Raqqa is Being Slaughtered Silently. Anggota ISIS sudah menyiksa dan mengeksekusi salah satu anggota kelompok tersebut.

Meski demikian, al-Raqqawi tidak takut untuk menceritakan seperti apa kehidupan di Raqqa kepada CNN.

“Saya sudah kehilangan hidup saya, saya tidak sekolah, saya tidak punya masa depan. Tetapi, saya tidak semua itu untuk diri saya dan juga kota saya. Situasi yang membuat saya melakukan ini. Saya tidak ingin terkenal. Saya tidak ingin orang lain tahu siapa saya. Ini semua demi kota saya dan juga keluarga saya serta warga yang tidak berdosa. Kami berusaha sebaik mungkin. Kami berusaha menyelamatkan kota ini,” jelasnya.

Al-Raqqawi pun kemudian menggambarkan kehidupan yang berlangsung di  Raqqa, kota yang sebelumnya dikenal sebagai kota yang liberal di Suriah.

Belasan Dieksekusi

Dalam dua bulan, sedikitnya 40 orang dieksekusi di Raqqa. Kata al-Raqqawi, mereka dihukum mati karena ikut berjuang dengan Free Syrian Army, gay atau membunuh. Aktivis, kata al-Raqqawi juga menjadi incaran ISIS.

“Apabila anda seorang aktivis di dalam kota Raqqa, itu akan membuat anda mati,” jelasnya.

Dipaksa donor darah

Di Raqqa, hari-hari biasanya dimlai dengan perjalanan ke pengadilan dalma kasus pencurian dan diakhiri dengan donor darah yang dipaksa.

“Apabila Anda mempunyai sesuatu di dalam pengadilan Islam, mereka akan mengatakan,” Pergi ke rumah sakit dan donorkan darah Anda dan beri saya resepnya. Apabila Anda tidak punya, saya tidak bisa membantu Anda. Mereka akan mengatakan,” Kami tidak bisa membantu sebelum Anda pergi ke rumah sakit. Ada banyak serangan udara dan banyak pejuang ISIS yang terluka,” ungkap al-Raqqawi.

Perempuan dipaksa untuk menikah

Bagi perempuan, kata al-Raqqawi, kota Raqqa seperti penjara yang besar. “Mereka tidak diizinkan untuk meninggalkan kota apabila berusia di bawah 45 tahun. Ada lebih dari 270 kasus di mana perempuan dipaksa untuk menikah dengan pejuang ISIS,” jelasnya.

“Pejuang ISIS sangat gila seks. Beberapa dari mereka punya dua atau tiga istri, bahkan mereka juga masih berupaya untuk mendapatkan budak seks dari perempuan Yazidi,” kata al-Raqqawi.

Gedung-gedung dicat ulang

Sebelumnya, tidak ada gedung dan bangunan di kota Raqqa yang dicat ulang. Namun, beberapa minggu lalu, ISIS memutuskan untuk mengubah warna dari sejumlah gedung. Perubahan itu sangat terlihat jelas karena ketika pertama kali datang ke Raqqa mereka mengecat semua gedung dengan warna hitam.

Kini, ada gedung yang diwarnai merah muda, emas dan hijau sebagai tanda ISIS berusaha untuk mengurangi jumlah gedung yang menjadi target dari serangan udara.

Pejuang asing membanjiri kota

“Ada dinding besar antara warga sipil dengan pejuang asing. Mereka seperti mempunyai dua kehidupan di kota Raqqa. Bagi pejuang asing, Raqqa seperti surge, karena ISIS memberi mereka banyak uang. Mereka juga mendapatkan rumah yang bagus serta mobil mewah,” ujar al-Raqqawi.

Namun, bagi sebagian orang, Raqqa bukan seperti surge yang dibayangkan. Kabar burung yang beredar menyebut, ada banyak pejuang asing yang dibunuh karena berusaha melarikan diri.

“ISIS mengambil paspor mereka dan apabila ada yang berusaha melarikan diri maka akan langsung dibunuh. Masalahnya adalah, bukan bagaimana masuk ke kota Raqqa tetapi bagaimana bisa keluar dari kota itu hidup-hidup,” pungkasnya. (CNN)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI