Suara.com - Pedagang kaki lima ada yang menggunakan tongkat narsis, atau lebih dikenal dengan tongsis untuk melayani para pembelinya sehingga menjadi pemandangan menarik yang terlihat di pinggir pagar Stasiun Besar Bogor, Jawa Barat.
Salah seorang pedagang, berjualan di pinggir pagar Stasiun Besar Bogor di Jalan Kapten Muslihat, dengan sepeda motonya ia menjual kopi, rokok, tissue, juga permen dan lainnya.
Tongsis dibuat dari tangkai payung yang dimodifikasi pada bagian ujungnya diberi kawat melingkar sebagai penggantung cangkir plastik sebagai media untuk mengirimkan barang dagangan, uang bayaran, maupun kembalian uang.
Panjang tongsis hampir satu meter, cukup untuk melayani konsumennya yang berbelanja dari balik pagar yang dibatasi dua pagar, yakni pagar stasiun dan pagar pedestrian sekeliling stasiun.
Langkah ini dilakukan pria paruh baya itu karena beberapa penumpang kereta yang sudah berada di stasiun membutuhkan dagangnyanya baik kopi maupun rokok.
Cara berjualan ala Asep itu mendapat perhatian sesama pedagang yang juga ikut menjajakan dagangannya dari balik pagar yang mengelilingi Stasiun Besar Bogor.
"Ohh itu Tongsis, kreatif juga yah," kata salah seorang pedagang gantungan kunci.
Asep, demikian panggilan akrabnya, menjadi satu-satunya pedagang yang menggunakan tongsis untuk berjualan, sejumlah pedagang lainnya masih menjajakan secara manual, terkadang mereka kesulitan untuk melayani pembeli yang sudah berada di dalam stasiun, namun banyak juga masyarakat yang berbelanja sebelum masuk ke dalam stasiun, atau bahkan mereka harus berdiri di atas bedestrian untuk bisa jual beli.
Belum diketahui persis sejak kapan tepatnya pedagang kaki lima tadi menggunakan tongsis untuk membantunya berjualan melayani pembeli dari dalam stasiun. Namun alat bantu itu telah memberikan kemudahan dan keuntungannya baginya untuk tetap berjualan.
Dua pagar yang mengelilingi Stasiun Besar Bogor tidak menjadi halangan bagi Asep untuk mengais rejeki di tengah hiruk-pikuknya Kota Bogor.