Suara.com - Pengemudi bus Sang Engon, M Husen (55), yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang, Jawa Tengah, meminta polisi untuk melepaskan borgol di tangan kanannya, karena terlalu kencang.
"Saya sudah menyampaikan kepada seorang petugas agar melepaskan borgol atau mengendurkan, tapi katanya kuncinya hilang," katanya, yang dihubungi melalui telepon selular dari Bojonegoro, Minggu (22/2/2015).
"Rasanya sakit, sepertinya peredaran darah saya tidak lancar," ucapnya.
Sementara itu saat ditanya penyebab kecelakaan, ia mengakui kendaraannya melaju dengan kecepatan tinggi ketika melintas di Jangli di ruas Jatingaleh-Tembalang, Semarang, dengan gigi kendaraan masuk lima.
Mengenai rem blong, ia mengaku tidak tahu pasti. "Saya berusaha menurunkan gigi dari lima ke empat, tapi tidak berhasil. Begitu pula ketika berusaha mengerem juga tidak bisa," kilahnya.
Menurut dia, di depannya ketika itu ada beberapa kendaraan bermotor roda empat pribadi, yang juga berusaha dihindari agar tidak tertabrak.
Namun, lanjutnya, justru kendaraanya menabrak pembatas tol, yang akhirnya mengalami kecelakaan tunggal.
"Saya sudah terbiasa lewat jalan tol Semarang, bahkan kendaraan ini sudah saya pergunakan yang ketiga kalinya," jelasnya.
Ia juga mengatakan dirinya sudah menjadi pengemudi di sebuah perusahaan bus di Bojonegoro, sejak 1984.
Seperti diketahui, polisi menetapkan M Husen sebagai tersangka dalam kecelakaan di ruas tol dalam Kota Semarang, Jumat (20/2/2015) lalu, yang menewaskan 18 penumpangnya.