Suara.com - Sebuah laporan dari peneliti Fellow and Associate Member at the Iraqi Institute for Economic Reform mengungkap, semakin melemahnya kekuatan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) salah satunya dipengaruhi adanya pertikaian sesama anggota kelompok militan itu soal budak seks etnis Yazidi di Kobani, kota perbatasan antara Turki dan Suriah.
Seperti dilansir The Independent, Minggu (22/2/2015), telah terjadi gesekan antara anggota kelompok yang berasal dari para warga asing dengan anggota kelompok setempat.
Salah seorang peneliti, Sajad Jiyad mengatakan, ada perbedaan pendapat diantara para anggota kelompok bersamaan dengan serangan bertubi-tubi di Kobani yang sempat dikuasai ISIS.
Sebagian dari mereka ada yang berupaya untuk mempertahankan para perempuan dan anak-anak budaks seks dari etnis Yazidi. Tapi ada juga sebagian dari mereka yang tidak setuju cara itu dilakukan.
Kata Sajad, ada banyak anggota ISIS yang tidak setuju praktik perdangan perempuan untuk dijadikan budak sesks.
Para korban budak seks ini ditangkap dari berbagai wilayah dan diperdagangkan di Mosul, Irak.
"Ini menunjukkan bahwa tidak semua pendukung ISIS memahami sifat organisasi," katanya kepada Independent.
ISIS sempat menyebar propaganda melalui majalah Isis Dabiq membenarkan praktik perdagangan para perempuan dan anak-anak kafir yang ditangkap boleh dijadikan budak seks. Aturan itu diklaim dapat dibenarkan oleh ‘syariah’.
Perbedaan pendapat ini semakin meruncing diantara anggota kelompok militan itu dan menjadi salah satu yang ikut menyumpang semakin melemahnya kekuatan ISIS, selain serangan udara Yordania yang menggembur kota-kota yang dikuasai ISIS.