Bila Benar 10 Pesawat Rusak, "Maintenance" Lion Air Tak Beres

Siswanto Suara.Com
Kamis, 19 Februari 2015 | 22:48 WIB
Bila Benar 10 Pesawat Rusak, "Maintenance" Lion Air Tak Beres
Ilustrasi pesawat Lion Air. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu calon penumpang Lion Air nomor penerbangan JT 748 jurusan Bandara Soekarno-Hatta tujuan Surabaya, Asiwardi Gandhi, sangat menyayangkan tanggapan manajemen Lion Air atas delay selama berjam-jam yang dialaminya dan ratusan penumpang lainnya.

Asiwardi memberikan sejumlah catatan kritis untuk maskapai Lion Air.

Pertama, seorang duty manager Lion Air sekitar jam 09.00 WIB tadi memberikan penjelasan kepada para penumpang dengan menyebutkan bahwa keterlambatan Lion Air terjadi akibat adanya 10 pesawat yang mengalami kerusakan.

"Dia ngomong kalau ada 10 pesawat rusak, tidak bisa terbang. Kalau itu benar, berarti kan maintenance Lion tidak benar. Mosok 10 pesawat bisa bareng rusak. Berarti ini tidak benar," kata Asiwardi kepada suara.com.

Dengan adanya pernyataan tersebut, kata Asiwardi, berarti hanya menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dengan jadwal pemeliharaan pesawat.

"Aspek keamanannya bagaimana?" kata Asiwardi.

Kedua, kata Asiwardi, ketika calon penumpang membutuhkan penjelasan terkait keterlambatan pesawat, tidak ada petugas yang benar-benar bisa memberikan informasi yang memadai. Asiwardi menambahkan duty manager harus punya otoritas yang cukup dan berfungsi dengan baik.

"Tidak ada leadership yang cukup. Kalau ada penumpang yang menuntut informasi, tidak ada komunikasi yang baik. Malah, petugas kabur. Duty manager ruangannya kosong. Sampai malam tadi tidak ada yang masuk ke ruangan itu," kata Asiwardi.

Ketiga, belajar dari insiden ini, faktor yang terkait dengan keselamatan harus menjadi perhatian terus menerus maskapai Lion Air. "Faktor keselamatan yang paling utama dan harus diutamakan," katanya.

Keempat, Lion Air harus betul-betul memperhatikan ketepatan waktu agar tidak merugikan konsumen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI