Suara.com - Irak mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelidiki kasus perdagangan organ tubuh yang dilakukan oleh ISIS. Desakan ini disampaikan menyusul laporan adanya beberapa dokter yang dieksekusi mati oleh ISIS karena tidak membantu mencarikan organ tubuh untuk dijual.
Duta besar Irak untuk PBB, Mohamed Alhakim, mengatakan, puluhan jenazah dengan beberapa organ tubuh yang hilang ditemukan di sejumlah kuburan massal dekat markas ISIS di Mosul, Irak, dalam beberapa pekan terakhir.
"Kami menemukan mayat-mayat. Datang dan periksalah. Sudah jelas sekali bahwa mereka kehilangan beberapa organ tubuh tertentu," kata Alhakim.
Alhakim juga mengatakan, belasan dokter dieksekusi mati di Mosul karena menolak membantu ISIS mencarikan organ tubuh manusia. Sementara itu, utusan khusus PBB untuk Irak, Nikolay Mladenov, mengatakan bahwa semakin hari semakin banyak muncul laporan yang menyebutkan bahwa ISIS melakukan penjualan organ untuk mendanai operasi mereka.
Berita mengejutkan soal bisnis jual beli organ tubuh ini pertama kali muncul pada bulan Desember tahun lalu. Berita tersebut dimuat di situs berita al-Monitor, mengutip informasi yang diberikan oleh seorang dokter Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) Irak bernama Siruwan al-Mosuli.
Siruwan mengatakan, para komandan ISIS mempekerjakan dokter-dokter asing untuk mengelola jaringan perdagangan organ tubuh dari sebuah rumah sakit di Mosul. Situs berita al-Monitor juga menyebutkan bahwa ISIS membentuk divisi khusus yang mengurusi penyelundupan organ tubuh seperti jantung, hati, dan ginjal dan menjualnya di pasar gelap.
Siruwan juga mengungkap bahwa pembedahan dan pengambilan organ tubuh dilakukan di rumah sakit tersebut. Organ yang diambil akan langsung dibawa melalui jaringan tersebut. Organ-organ tersebut diambil dari jenazah pejuang ISIS yang tewas, orang-orang terluka yang ditinggalkan, serta orang-orang yang mereka culik.
Organ yang diambil kemudian diselundupkan ke luar Suriah dan Irak ke negara-negara tetangga seperti Arab Saudi atau Turki. Penadahnya adalah kelompok-kelompok kriminal yang kemudian menjualnya ke pembeli di seluruuh dunia, demikian disampaikan oleh Assyrian International News Agency. (Dailymail)