Indonesia Punya Harga Diri, Jokowi Segera Stop Kirim PRT

Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 14 Februari 2015 | 04:45 WIB
Indonesia Punya Harga Diri, Jokowi Segera Stop Kirim PRT
Presiden Joko Widodo ketika bertemu para kepala daerah (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin segera menghentikan pengiriman tenaga kerja pembantu rumah tangga (PRT) ke luar negeri. Banyak tenaga kerja Indonesia yang menjadi PRT ilegal di negeri orang.

"Saya memberikan target kepada Menteri Tenaga Kerja untuk membuatkan roadmap yang jelas dan kapan kita stop yang namanya pengiriman PRT. Kita harus punya harga diri dan martabat," kata Jokowi dalam Munas II Partai Hanura, Jumat (13/2/2015) malam.

Saat melakukaan kunjungan bilateral beberapa waktu lalu ke Malaysia, Brunei, dan Filipina, Jokowi mendapati fakta bahwa sebanyak 2,3 juta penduduk Indonesia menjadi tenaga kerja dan sebanyak 1,2 juta di antaranya ilegal.

Dari jumlah itu, kata dia, banyak sekali yang tersangkut masalah.

"Sekitar 1.800 orang akan dijemput, 800 orang sudah dijemput dengan (pesawat) Hercules, besok akan kita jemput lagi. Tapi saya yakin jumlahnya akan terus bertambah karena kita belepotan dalam mengatasi masalah ini," katanya.

Oleh karena itu, ia berharap bisa segera memasang target waktu untuk menghentikan pengiriman PRT.

"Di dunia hanya ada tiga negara penyuplai PRT, dua di Asia dan satu di Afrika. Yang di Asia salah satunya Indonesia. Ini masalah martabat kita. Waktu kita bilateral dengan Malaysia, satu betul-betul malu," katanya.

Selain malu, Presiden mengaku sakit hati ketika membicarakan soal PRT dengan Malaysia. Ke depan, Presiden juga menekankan pentingnya mempersempit jurang kesenjangan antara si miskin dan kaya yang, menurut Presiden, menjadi pangkal munculnya masalah tenaga kerja ini.

"Itu tugas berat, yang penting bukan hanya pertumbuhan ekonomi saja tapi pemerataannya. Ke depan kita rancang menuju ke pemerataan ini," katanya.

Ia juga menekankan pentingnya pemberantasan korupsi mengingat indeks persepsi korupsi Indonesia yang masih kalah dibandingkan negara-negara tetangga terutama Singapura, Malaysia, dan Filipina.

"Kelihatan kalau negara itu bersih dari korupsi, penduduknya pasti juga makmur," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI