Demokrat: Teror Terhadap KPK Tak Bisa Ditolerir

Ardi Mandiri Suara.Com
Jum'at, 13 Februari 2015 | 10:12 WIB
Demokrat: Teror Terhadap KPK Tak Bisa Ditolerir
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di acara Festival Film Anti Korupsi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (11/2). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Fraksi Partai Demokrat di DPR RI, Didik Mukrianto, menilai teror terhadap institusi dan pegawai KPK tidak bisa ditolerir karena ditujukan kepada penegak hukum yang menjalankan tugas pemberantasan korupsi.

"Tindakan tersebut sangat tidak bisa ditolerir apalagi ditujukan kepada aparat penegak hukum yang sedang menjalankan tugas dan tanggung jawab penegakan hukum dan pemberantasan korupsi seperti KPK," kata Didik di Jakarta, Jumat (13/2/2015).

Dia mengatakan tindakan teror dapat dikategorikan dalam sebuah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam 335 KUHP jo pasal 29, 45 UU ITE apabila ancaman tersebut melalui dokumen/informasi elektronik.

Didik yang juga anggota Komisi III DPR RI meminta pihak yang menerima teror harus segera melaporkan kejadian ini dan memberikan data yang cukup kepada kepolisian untuk segera ditindakhanjuti.

"Kepada aparat kepolisian dimohon segera melakukan langkah-langkah konkret terhadap laporan tersebut karena teror itu bisa menghambat penegakan hukum dan pemberantasan korupsi," ujarnya.

Menurut dia tindakan teror seperti itu di era globalisasi dan keterbukaan demokrasi bukan hanya menjadi hambatan namun persoalan serius yang harus segera dituntaskan.

"Tidak boleh teror berkeliaran bebas di negeri ini," katanya.

Dia menekankan wajib hukumnya bagi masyarakat melawan teror di negeri ini terutama konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Terutama, menurut dia, dalam ranah penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Sebelumnya Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan eskalasi ancaman terhadap KPK sangat serius karena menyangkut nyawa.

Menurut dia ancaman seperti itu sudah sering terjadi namun saat ini harus diberi konteks ada sesuatu yang sistematis sedang terjadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI