Suara.com - Kayla Mueller, perempuan Amerika Serikat (AS) yang tewas akibat serangan udara Yordania diduga pernah menikah dengan seorang komandan ISIS, demikian dikatakan sejumlah pejabat dinas anti-teror AS.
Sebelumnya, menurut ISIS, Kayla Mueller tewas pada hari Jumat pekan lalu, saat tempat dirinya tinggal di Raqqa, Suriah, luluh lantak oleh bom pesawat Yordania.
Sempat diragukan kebenarannya, Presiden AS Barack Obama mengkonfirmasi bahwa Kayla telah tewas. Kendati demikian, Obama menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menguatkan klaim bahwa Kayla terbunuh akibat serangan udara.
Hari ini, Rabu (11/2/2015), sejumlah pejabat dinas anti-teror AS mengatakan bahwa ada kemungkinan besar Kayla pernah dipaksa menikah.
"ISIS tidak menganggapnya sebagai sandera atau alat negosiasi," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Kepada media, keluarga Mueller mengatakan bahwa, dalam sebuah percakapan pribadi, ISIS pernah menyebutnya sebagai "tamu". AS membatasi gerakan intelijennya di Suriah. Mereka hanya mengandalkan drone dan satelit untuk pengintaian.
Sejak diculik oleh ISIS pada Agustus 2013, AS tidak mengetahui keberadaan relawan kemanusiaan AS tersebut. Namun, namanya kerap disebut dalam percakapan di antara para anggota ISIS.
Sempat pula muncul laporan bahwa Mueller terlihat dijaga oleh komandan ISIS yang sedang diintai AS. Diduga, si komandan itulah yang menikahi Mueller.
Sejumlah sumber lain mengatakan kepada ABC News bahwa ISIS pernah meminta uang tebusan sebesar 6 juta Dolar untuk nyawa seorang perempuan. Namun, ketika tanggal jatuh tempo terlampaui tidak terjadi apa-apa, dan tidak terdengar kabar lagi tentang perempuan tersebut. Muncul dugaan, perempuan itu adalah Kayla Mueller. Ia tidak jadi dibunuh karena mungkin menerima pinangan si komandan ISIS.
Dalam sebuah surat yang ditulis Kayla dan diterima oleh keluarganya, perempuan itu mengatakan bahwa ia berada di tempat yang aman, tidak dalam bahaya, dan sehat.