Suara.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Telah memberlakukan pelarangan motor melintasi jalan MH Thamrin - Jalan Medan Merdeka Barat sejak 17 Desember 2014 lalu. Namun kini Jakarta mendapatkan predikat sebagai kota termacet di dunia berdasarkan Castrol’s Magnatec Stop-Start index.
Menanggapi hal itu, Guberur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, larangan motor justru membuat Jakarta bertambah macet lantaran Ibu Kota masih belum mempunyai transpotasi massal (Mass Rapid Transit).
"Pasti macetlah karena kan belum ada Mass Rapid Transit," ujar Basuki yang biasa disapa Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (5/2/2015).
Namun, Ahok menilai pengurangan motor yang telah diberlakukan di jalan protokol itu telah mampu mengurangi kemacetan.
"Motor ada dong pengaruhnya, kalau mau belok kan menghambat kecepatan orang (jadi macet)," kata Ahok.
Mantan Bupati Belitung Timur itu menegaskan, pengurangan kemacetan di Jakarta sudah berkurang sekitar 30 persen khususnya di jalan-jalan yang kini sudah tidak dilalui kendaran roda dua.
"Signifikan 30%," tutup Ahok.
Sebagi informasi, berdasarkan indeks tersebut, rata-rata terdapat 33.240 kali proses berhenti-jalan per tahun di Jakarta. Indeks ini mengacu dari data navigasi pengguna Tom Tom, mesin GPS, untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan yang dibuat setiap kilometer. Jumlah tersebut kemudian dikalikan dengan jarak rata-rata yang ditempuh setiap tahun di 78 negara.
Castrol’s Magnatec Stop-Start index juga mencatat, Surabaya, Ibu Kota provinsi Jawa Timur berada di peringkat keempat sebagai kota termacet di dunia. Rata-rata, terjadi 29.880 kemacetan setiap tahun di Surabaya.
Istanbul, Turki menjadi kota kedua yang paling macet di dunia. Sedikitnya terjadi 32.520 kemacetan per tahun. Mexico City, Meksiko, berada di urutan ketiga dengan 30.840 kemacetan setiap tahun.