Pilot AirAsia QZ8501 Matikan Komputer Penting Sebelum Jatuh

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 30 Januari 2015 | 13:00 WIB
Pilot AirAsia QZ8501 Matikan Komputer Penting Sebelum Jatuh
Potongan ekor pesawat AirAsia QZ8501 dalam evakuasi yang dilakukan oleh TNI AL di perairan Laut Jawa, Sabtu (10/1). [Reuters]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pilot AirAsia QZ8501 yang jatuh dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura rupanya mematikan sebuah sistem komputer penting saat pesawat nahas itu tengah berjuang untuk lolos dari cuaca buruk di atas Laut Jawa pad 28 Desember 2014 lalu.

Pada Kamis kemarin (29/1/2015) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan bahwa dalam penerbangan itu kopilot Remi-Emmanuel Plesel yang sedang memegang kendali, sementara Kapten Iriyanto (53) hanya bertugas mengawasi.

Berdasarkan wawancara Bloomberg dengan dua sumber yang mengaku "mengetahui rincian penyelidikan itu", diketahui bahwa para pilot mematikan sebuah sistem komputer untuk keamanan penerbangan saat situasi krisis itu berlangsung. Sistem itulah yang memberikan serangkaian peringatan dan alarm terkait bahaya kepada pilot.

Sistem yang terdiri dari dua komputer itu berfungsi mengendalikan kemudi pesawat, mencegahnya membelok terlalu tajam dan mencegah pesawat terbang terlalu pelan.

Tak jelas, mengapa para pilot mematikan sistem itu atau mengapa pesawat itu tiba-tiba melesat dengan cepat ke atas karena para pilot masih bisa menerbangkan pesawat itu secara manual.

Dalam jumpa pers Kamis kemarin, KNKT tidak menyebut soal sistem komputer yang dimatikan itu. KNKT mengatakan laporan yang lebih lengkap tentang kecelakaan itu akan disampaikan dalam setidaknya enam sampai tujuh bulan ke depan.

Sebelumnya dalam laporannya KNKT membeberkan bahwa sebelum jatuh, pesawat AirAsia QZ8501 - yang terbang di ketinggian 32.000 kaki - tiba-tiba berbelok tajam ke kiri dan para pilot meminta izin ke pusat kendali untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki.

Menara kendali di Jakarta meminta pesawat itu menunggu. Tetapi menurut Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dengan alasan yang hingga kini masih misterius, pesawat itu tiba-tiba melesat 6000 kaki ke atas dalam kurang dari semenit, sebelumnya hilang dari radar. (The Guardian)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI