Suara.com - Rencana pembakaran atau pemusnahan Al Quran raksasa yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sidoarjo mendapat dukungan dari Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah kabupaten Sidoarjo.
Ketua Tanfidz NU Sidoarjo, KH Abdi Manaf mengatakan, pemusnahan harus segera dilakukan karena banyaknya lafadz yang salah, berpotensi menyesatkan umat Islam, terutama dalam hal penafsiran.
Abdi menegaskan, Al Quran tidak boleh digunakan untuk main-main, apalagi sampai digunakan sebagai alat untuk mencari uang.
Sebelumnya, Abdi sudah mengaku tidak yakin dengan apa yang dikatakan Anang Asrianto yang mengklaim temuan Al Quran raksasa di dalam kamarnya.
"Sejak awal saya sudah berpikiran negatif. Jika memang Allah menurunkan wahyunya tidak mungkin dalam bunyi glodak seperti itu. Setelah melihat bentuk dan isinya, saya malah semakin yakin akan dugaan negatif itu," ujar Abdi, kepada Suara.com, Jumat (30/1/2015).
Pendapat senada juga diutarakan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo Ustadz H. Dzulhimam. Menurutnya, Al Quran yang beredar tidak boleh salah, walaupun itu pengulangan kalimat.
Dzulhimam menilai Al Quran milik Anang Asriyanto lebih banyak pada unsur sensasionalnnya saja dan akan digunakan untuk kepentingan yang aneh-aneh.
"Saya yakin Al Quran raksasa itu akan digunakan untuk kepentingan yang aneh-aneh. Pemusnahan adalah salah satu langkah yang paling baik, daripada semakin menimbulkan banyak tafsir dan rawan penyesatan di masyarakat," pungkas Dzulhimam. (Yovie Wicaksono)