Suara.com - Sedikitnya 50 anggota pasukan khusus kepolisian Filipina tewas dalam pertempuran melawan gerilyawan di kota Mamasapano, Provinsi Maguindanao, hari Minggu (25/1/2015).
Menteri Dalam Negeri Filipina, Mar Roxas, menyebut para korban sebagai "pahlawan gugur" yang mengorbankan nyawa mereka untuk menangkap Zulkifli bin Hir, alias Marwan, tersangka pelaku pengeboman Malaysia. Roxas mengungkapkan, Zulkifli kemungkinan telah tewas terbunuh oleh pasukan khusus tersebut.
Seorang tersangka lainnya, Abdul Basit Usman, dilaporkan berhasil lolos. Setelah menyerang Marwan, pasukan khusus kepolisian mendapat perlawanan sengit dari gerilyawan Moro di desa Tukanalipao.
Roxas mengatakan, pertumpahan darah tersebut terjadi akibat kesalahpahaman. Awalnya, pasukan khusus kepolisian hendak menangkap kedua militan yang berlindung dalam kelompok pejuang Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). MNLF, gerilyawan yang sudah bertempur selama 45 tahun dengan pemerintah Filipina telah sepakat untuk membubarkan pasukan dan menyerahkan senjata. Sebagai gantinya, pemerintah akan membiarkan mereka membentuk sebuah pemerintahan otonomi.
Sungguh disayangkan, ada sekelompok gerilyawam MILF yang mengira polisi melakukan serangan terhadap kelompok mereka. Maka, terjadilah pertempuran yang menelan banyak korban jiwa tersebut.
"Ini adalah kesalahpahaman," kata Roxas saat memberikan keterangan pers di Kota Cotabato.
Roxas berharap, insiden ini tidak merusak perdamaian yang tengah diupayakan.
Mohagher Iqbal, ketua panel perdamaian MILF mengatakan, polisi tidak mengkoordinasikan operasi mereka dengan komite gencatan senjata.
"Mereka memasuki wilayah kami dan menyerang kami, apa yang harus kami lakukan?" kata Iqbal.
"Yang terjadi kemudian adalah mempertahankan diri," lanjut Iqbal.
Kendati demikian, Iqbal yakin bahwa upaya perdamaian yang sedang dilakukan tidak akan terpengaruh oleh kejadian ini. Pasalnya, kedua belah pihak sudah berkomitmen akan hal tersebut.
Pemerintah dan pemberontak MILF sudah menyepakati gencatan senjata pada bulan Maret 2014. Namun, kesepakatan akhirnya belum final. Pemerintah masih menggodok undang-undang yang mengatur pembentukan kawasan otonomi di daerah tersebut. (Reuters)
Amerika Serikat menjanjikan uang hadiah sebesar 5 juta Dolar atau sekitar Rp62,5 miliar bagi siapa yang bisa menangkap Marwan dan 1 juta Dolar atau sekira Rp12,5 miliar untuk mereka yang menangkap Usman. Keduanya diburu oleh otoritas Amerika Serikat dan Filipina atas serangan bom dan memberikan pelatihan membuat bom kepada militan yang berafiliasi dengan kelompok al-Qaeda di wilayah selatan negara tersebut. (The Guardian)