Warga Jepang yang Ditawan ISIS Sempat Berusaha Bunuh Diri

Doddy Rosadi Suara.Com
Kamis, 22 Januari 2015 | 13:39 WIB
Warga Jepang yang Ditawan ISIS Sempat Berusaha Bunuh Diri
Algojo ISIS berdiri di antara dua sandera asal Jepang (Reuters).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelompok Negara Islam dan Suriah (ISIS) meminta uang tebusan sebesar 200 juta dolar Amerika atau sekitar Rp2,5 triliun untuk membebaskan dua warga negara Jepang yang mereka tawan. Dua warga Jepang itu adalah Kenji Goto, seorang koresponden perang dan Haruna Yukawa.

Yukawa ditangkap ISIS pada Agustus tahun lalu di kota Aleppo, Suriah. Goto yang kembali ke Suriah pada Oktober berusaha untuk menemukan sahabatnya itu. Namun, dia juga ikut hilang. Sebelum pergi ke Suriah, Yukawa bermimpi untuk bisa menjadi kontraktor militer.

Menjadi kontraktor militer merupakan upaya yang dilakukan Yukawa agar hidupnya bangkit lagi setelah sejumlah musibah yang dialaminya. Dia bangkrut, kehilangan istri karena penyakit kanker dan sempat berusaha untuk melakukan bunuh diri.

Kementerian Luar Negeri Jepang sudah berusaha mencari informasi tentang keberadaan Yukawa sejak Agustus lalu. Sementara itu, hilangnya Goto juga baru diketahui setelah ISIS merilis video yang memperlihatkan Goto dan Yukawa berlutut dengan menggunakan baju oranye. Di belakang mereka berdiri seorang anggota ISIS yang memegang pisau.

Yukawa pertama kali bertemu Goto di Suriah pada April lalu. Ketika itu, Yukawa meminta Goto agar membawanya ke Irak. Mereka berdua berangkat ke Irak pada Juni lalu. Hanya Yukawa yang kembali ke Suriah pada Juli lalu.

“Dia sudah putus asa dan tidak tahu apa yang akan dilakukan. Dia perlu seseorang dengan pengalaman untuk membantunya,” kata Goto kepada Reuters di Tokyo, Agustus lalu.

Goto kemudian memutuskan untuk kembali ke Suriah ketika mendengar kabar sahabatnya itu ditangkap. Goto memulai pekerjaannya sebagai koresponden perang pada 1996 dan menjadi andalan sejumlah media di Jepang termasuk NHK. (Reuters)

REKOMENDASI

TERKINI