Suara.com - Menteri Perhubungan Ignasiun Jonan mengungkapkan, pesawat AirAsia QZ8501 jatuh ke Selat Karimata, Kalimantan Tengah karena pilot berusaha menaikkan pesawat dengan kecepatatan 6 ribu kaki per menit.
Padahal, kecepatan ideal pesawat komersial saat akan menaikkan ketinggian adalah 1.000 kaki hingga 2.000 kaki per menit. Yang menjadi pertanyaan, kenapa pilot AirAsia QZ8501 Kapten Iriyanto menaikkan pesawat dengan kecepatan 6 ribu kaki per menit, sebuah kecepatan yang hanya bisa dilakukan oleh pesawat jet.
“Menurut saya angin dalam jumlah yang sangat besar dan juga cuaca diduga menjadi alasan pilot menaikkan ketinggian pesawat dengan kecepatan tinggi,” kata analis penerbangan Mary Schiavo.
Schiavo mengatakan, apabila pesawat naik dengan kecepatan 6 ribu kaki per menit seharusnya tanda alarm berbunyi di kokpit. Namun, apabila pesawat itu terjebak dalam udara yang bergerak ke atas (updraft), pilot kemungkinan besar tidak sadar bahwa pesawatnya melaju dengan kecepatan di atas normal.
Schiavo memberi contoh, gambar yang ada di speedometer memperlihatkan kecepatan mobil bahkan ketika kaki pengendara tidak berada di atas pedal.
“Pilot seharusnya bisa mengontrol pesawat tetapi mungkin tidak sadar apa yang terjadi karena bingung,” jelasnya.
Tim investigasi sudah berhasil menemukan kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501. Berdasarkan informasi sementara, pesawat itu jatuh bukan karena aksi terorisme dan juga bunuh diri yang dilakukan oleh pilot. Tim investigasi mengaku baru menerjemahkan sebagian dari data yang terdapat di kotak hitam tersebut. (CNN)
Kenapa AirAsia Naik dengan Kecepatan 6 Ribu Kaki per Menit?
Doddy Rosadi Suara.Com
Rabu, 21 Januari 2015 | 10:50 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Inilah Aplikasi Pemesanan Perjalanan Terbaik di Asia Versi World Travel Tech Awards 2024
25 November 2024 | 14:51 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI