Suara.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi memastikan jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 bukan karena aksi terorisme.
Berdasarkan analisis sementara dari kotak hitam yang dilakukan tim penyelidik, pilot terlalu sibuk untuk mengendalikan pesawat sehingga tidak sempat mengirim sinyal tanda bahaya ke menara pengawas.
Tim penyelidik dari KNKT, Andreas Hananto menyatakan, analisis yang dilakukan juga menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda pilot melakukan aksi bunuh diri.
Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah pada 28 Desember lalu. Pesawat itu baru lepas landas dari bandara Juanda selama 40 menit menuju Singapura sebelum hilang kontak.
Hananto menambahkan, analisis sementara mengindikasikan bahwa pesawat itu menghadapi cuaca buruk. Pesawat itu diduga mengalami kerusakan karena terkena badai yang ganas. Saat ini, tim investigasi KNKT baru mentranskrip setengah dari informasi yang terdapat di kotak hitam.
Meski demikian, kata Hananto, KNKT sudah mendengarkan semua pembicaraan yang dilakukan pilot yang terdapat di cockpit voice recorder. Sementara itu, benda yang diduga moncong pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan nelayan Tanjung Nyiur, Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Koordinator Pos SAR Kotabaru Zulkifli pada Selasa (20/1/2015) pagi mengatakan bahwa barang berwarna putih itu berbentuk setengah lingkaran yang biasa terdapat di bagian depan pesawat. Ekor pesawat sudah diangkat, begitu juga dengan black box.
Saat ini, isi alat perekam tersebut sedang diterjemahkan KNKT. Sementara badan QZ8501 belum berhasil dievakuasi dari dasar laut karena sejumlah kondisi, termasuk cuaca yang tidak bersahabat. (UPI)
BACA JUGA :
Terungkap, Asal-usul Al Quran Raksasa yang Muncul di Sidoarjo
Ini yang Membuat AirAsia QZ8501 Naik dengan Kecepatan Tinggi
"Fifty Shades of Grey", Film Paling Mesum Satu Dekade Terakhir
Detik-detik Tewasnya Aktivis Perempuan Mesir Terabadikan Kamera