Fransiskus: Saatnya Dunia yang "Macho" Mendengarkan Perempuan

Liberty Jemadu Suara.Com
Minggu, 18 Januari 2015 | 14:16 WIB
Fransiskus: Saatnya Dunia yang "Macho" Mendengarkan Perempuan
Paus Fransiskus memeluk anak-anak dalam kunjungannya di Manila, Filipina, Minggu (18/1) [Reuters/Stefano Rellandini].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Paus Fransiskus, yang disambut oleh jutaan orang di Rizal Park, Manila, Filipina, Minggu (18/1/2015), mengatakan bahwa saatnya dunia yang dikuasai oleh lelaki untuk lebih banyak mendengarkan perempuan.

Fransiskus yang sedang dalam lawatannya di Filipina juga mengatakan bahwa lelaki dewasa ini terobsesi untuk menjadi macho dan tidak memberikan ruang pada perempuan.

"Perempuan punya banyak hal untuk dikatakan kepada dunia saat ini. Ketika kita, para pria, terlalu 'macho'," kata Fransiskus yang berbicara menggunakan bahasa ibunya, bahasa Spanyol.

"Kita tidak memberikan ruang bagi perempuan, tetapi perempuan punya kemampuan untuk melihat hal-hal dari sudut yang berbeda dari kita, dengan mata yang berbeda. Perempuan bisa mengajukan pertanyaan yang kita, para lelaki, tidak bisa pahami," imbuh dia.

Pernyataan itu disampaikan Paus Fransiskus setelah seorang gadis 12 tahun dengan penuh air mata mengajukan sebuah pertanyaan tentang penderitaan anak-anak yatim di dunia.

"Banyak anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua mereka. Banyak dari mereka yang menjadi korban dan hal-hal buruk terjadi pada mereka, seperti kecanduan narkotika dan pelacuran. Mengapa Tuhan membiarkan itu terjadi, padahal anak-anak tidak berdosa? Mengapa hanya sedikit orang yang membantu kami," tanya gadis bernama Glyzelle Iris Palomar itu.

Paus, yang kemudian merangkul Palomar, memberikan jawaban di luar pidato yang sudah dia siapkan sendiri.

"Ia adalah satu-satunya orang di sini yang mengajukan pertanyaan yang tidak ada jawabannya dan dia bahkan tidak bisa bertanya dalam kata-kata, tetapi dalam air mata," kata Fransiskus.

"Mengapa anak-anak menderita?" ulang Paus.

"Saya mengajak setiap kita untuk bertanya pada diri sendiri, 'Sudahkan kita belajar untuk menangis, bagaimana kita menangis saat melihat anak-anak kelaparan, seorang anak di jalanan yang menggunakan narkotika, seorang anak jalanan, seorang anak terlantar, anak yang dilecehkan, anak yang diperbudak oleh masyarakat?" beber paus asal Argentina itu. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI