Kepala Desa Diminta Waspadai Penipuan Mengatasnamakan Bappenas

Minggu, 18 Januari 2015 | 02:22 WIB
Kepala Desa Diminta Waspadai Penipuan Mengatasnamakan Bappenas
Musrenbangnas
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Irianto Lambrie, mengingatkan kepada para kepala desa setempat untuk waspada terhadap modus penipuan yang mengatasnamakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

"Saya ingatkan kepada kepala desa untuk berhati-hati, dan bila mendapatkan surat dengan iming-iming pemberian bantuan, khususnya bantuan dari pemerintah pusat, agar segera berkomunikasi dan berkoordinasi dengan SKPD terkait," kata Irianto, melalui siaran tertulis Humas Provinsi Kaltara, Sabtu (17/1/2015).

"Saya telah mendapatkan laporan dari Bappeda Kaltara mengenai modus penipuan dengan mencatut nama Bappenas," ungkap Irianto lagi. "Secara khusus saya sampaikan (Kades lebih berhati-hati), agar tidak dirugikan secara materi," sambungnya.

Dikatakan, Bappeda Kaltara telah menerima laporan dari sejumlah kades, terkait adanya modus penipuan mengatasnamakan Bappenas beberapa waktu lalu. Salah satu di antaranya adalah dari Kepala Desa Bukit Aru Indah, Kecamatan Sebatik Timur, Nunukan, yang mempertanyakan keabsahan surat yang diterimanya dari Bappenas.

"Sekilas, surat tertanggal 27 Oktober 2014 terlihat meyakinkan, dengan Nomor 1817/M.PPN/10/2014 tentang Program Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2014," kata Irianto pula.

"Dalam surat itu, disebutkan bahwa Desa Bukit Aru ditetapkan sebagai Desa Terpilih Penerima Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp875 juta," katanya.

"Agar lebih meyakinkan, mereka meminta Kades yang menerima surat untuk menghubungi Kepala Bappeda Kaltara, Ir Fredrik Elia, lengkap dengan nomor telepon selularnya," tambahnya.

Modus penipuan tersebut memanfaatkan situasi pencairan ADD oleh Pemerintah Pusat.

"Mereka kemudian meminta kepada Kades untuk menyetorkan sejumlah dana sebagai jaminan pencairan dana ADD kepada Biro Keuangan Pusat," papar Irianto lagi.

"Besaran dana yang diminta sekitar 1,4 persen atau Rp12 juta, serta meminta Kades untuk melengkapi dokumen legalitas desa dan proposal pencairan," katanya.

"Mereka pun menjanjikan kepada Kades (bahwa) dana yang disetorkan sebagai pertanggungjawaban pengelola ADD kepada pusat hanya bersifat sementara, karena akan dikembalikan ke rekening desa terpilih dengan jangka waktu 30 hari, terhitung dari tanggal pencairan dana bantuannya," tandas Irianto. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI