Suara.com - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membentuk tim pencari fakta buat mengungkap kasus kerusuhan di Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua, yang terjadi pada akhir 2014 lalu dan menewaskan empat warga sipil serta melukai puluhan warga lainnya.
Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende mengakui ada tim khusus yang dibentuk oleh Mabes Polri namun belum mengetahui pasti apakah tim tersebut sudah diturunkan ke lapangan atau belum.
Yotce Mende juga mengakui pihaknya mengalami kesulitan dalam mengungkap kasus tersebut, karena kurang koperatifnya warga dalam memberikan keterangan.
"Ya terutama warga yang saat itu berada disekitar TKP sulit memberikan keterangannya ke polisi.
Karenanya hingga saat ini kami belum menetapkan tersangka dalam insiden yang terjadi tanggal 8 Desember 2014 lalu," katanya di Jayapura, Papua, Kamis (15/1/2015).
Meski diakui warga kurang kooperatif, namun saat ini sudah 56 orang yang dimintai keterangan polisi. Dan ,dari jumlah tersebut 20 orang diantaranya berasal dari anggota polisi.
"Saya bisa memastikan pelaku penembakan bukan dari anggota polisi,"tegasnya.
Menurutnya, tidak mungkin peluru yang bersarang dari para korban berasal dari anggota polisi karena senjata SS 1 yang dipegang anggota tidak bisa bekerja efektif dalam jarak 300 meter.
"Senjata SS 1 tidak akan efektif bila ditembak dari jarak 300 meter. Apalagi letak kantor Polsek Enarotali berada sekitar 300 meter dari posisi jenazah korban saat ditemukan," terangnya lagi.
Kasus kerusuhan yang terjadi 8 Desember 2014 di Enarotali, Kabupaten Paniai, berawal dari masalah lalu lintas sehingga menyebabkan warga melakukan aksi pemalangan diruas jalan Enarotali, namun saat palang dibuka warga menyerang pos Koramil hingga akhirnya ditemukan empat orang tewas.
Keempat korban yang tewas tertembak itu masing masing Yulian Yeimo, Simon Degei, Alpius Gobay dan Alpius Youw. (Lidya Salmah)