Sepenggal Prahara di Kebon Raya Bogor

Suwarjono Suara.Com
Minggu, 11 Januari 2015 | 19:18 WIB
Sepenggal Prahara di Kebon Raya Bogor
Kebun Raya Bogor (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suasana panik terjadi di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, pada Minggu akibat pohon tua tumbang menimpa puluhan orang yang sedang berlibur. Menurut catatan kepolisian, sebanyak empat orang tewas dan sedikitnya 21 orang luka-luka akibat pohon damar agatis itu tumbang atau roboh.

Data dari UPTD Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bogor serta anggota polisi Bogor Raya, para korban segera dilarikan ke Rumah Sakit PMI Kota Bogor. Para korban merupakan rombongan karyawan Asalta Mandiri Agung Kandang Roda yang sedang diskusi di Kebun Raya Bogor.

Mereka tertimpa pohon yang patah diduga karena lapuk. Ukuran pohon dengan panjang kurang lebih delapan meter dan diameter 1,5 meter. Saat kejadian para korban sedang duduk di dalam tenda yang ada di lokasi kejadian.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara, polisi berksimpulan bahwa peristiwa murni karena musibah bencana alam, tidak ada unsur kelalaian manusia. Karena pohon diduga sudah lapuk dan tua, sehingga patah dan menimpa orang di sekitarnya.

Untuk mengantisipasi peristiwa yang sama polisi memasang garis polisi dengan radius hingga 500 meter dari lokasi kejadian.

Meski ada musibah ini, Kebun Raya Bogor masih beraktivitas seperti biasa dan tidak ada penutupan. Di Bogor banyak terdapat pohon-pohon besar dan tinggi yang perlu diwaspadai saat musim hujan dan ada angin kencang.

Bukan hanya di kebun raya, dari data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) juga menyebutkan, sebanyak 274 dari 4.575 pohon yang berdiri tepi jalan di Kota Bogor rawan tumbang. Selain itu, simak data dan informasi berikut ini.

Pada 8 Oktober 2014, sebuah pohon di Kota Bogor tumbang menimpa pengendara sepeda motor dan melukai tiga orang lainnya. Sedangkan 24 November 2014, nahas menimpa Muhamad Ihsan (24), seorang pengendara motor yang melintas di Jalan Dadali Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Ia tewas setelah tertimpa batang pohon yang tumbang karena lapuk saat melintas di jalan itu.

Pada 1 Desember 2014, akibat angin kencang yang melanda wilayah Bogor, sebanyak 18 pohon koleksi Kebun Raya Bogor (KRB) tumbang. Akibatnya, KRB ditutup sementara untuk umum.

Pohon yang tumbang itu umumnya pohon langka yang telah tua, rata-rata berumur di atas 50 tahun.

Robohnya pohon tua di KRB juga pernah terjadi pada 2006. Saat itu ada 200 lebih pohon tumbang, sebagian besar masuk kriteria langka. Semua kayu dari pohon yang tumbang tersebut kemudian dipotong. Kayunya dilelang dan pendapatannya masuk ke kas negara. Sisanya disimpan di museum kayu milik kebun raya.

Wisata Kebun Raya Bogor adalah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor. Luasnya mencapai 87 hektare dan memiliki 15.000 koleksi pohon dan tumbuhan.

Saat ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi sebagai tempat wisata, terutama hari Sabtu dan Minggu. Di Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan, yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor dan perpustakaan.

Pohon-pohon menjulang tinggi di kebun ini. Usia pohon dapat dilihat dari diameter pohon yang besar dengan akar-akar kokoh. banyak pohon langka di Indonesia tumbuh di sini.

Rindang dan asri di kebun ini menjadi daya tarik banyak kalangan termasuk keluarga dan komunitas-komunitas di masyarakat untuk berada di sini terutama pada Sabtu dan Minggu atau hari libur lainnya, baik untuk wisata maupun studi. Tak hanya dari Jabodetabek, pengunjung dari daerah lain juga banyak.

Berfoto dengan latar belakang Istana Bogor menjadi salah satu daya tarik orang mengunjungi kebun ini. Jalan pagi dan menikmati udara sejuk dan segar dengan burung-burung berkicau menjadi pengobat jiwa-jiwa yang penat dan stres akibat banyaknya beban pikiran akibat pekerjaan dan rutinitas bisnis dan perkantoran sehari-hari.

Anak-anak yang bebas bermain di lapangan-lapangan rumput dan keriangan di jembatan gantung menjadi pengalaman yang selalu terkenang di keluar-keluarga yang pernah mengunjungi kebun ini. Itulah sebabnya, selalu ada pengunjung yang datang, kebetulan lokasinya berada di tengah kota dan tiketnya murah.

Kebun konservasi ini juga tak lepas dari mitos di sebagian masyarakat. Misalnya, ada mitos pasangan muda-mudi dilarang ke sini karena putus cintanya. Mitos ini dilambangkan dengan adanya Jembatan Putus Cinta di kebun ini. Jembatan gantung ini berwarna merah.

Ada juga mitos jodoh. Mitos ini dilambang dengan adanya "pohon jodoh", pohon besar yang berdekatan, yaitu pohon meranti dan beringin putih.

Taman Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari "samida" (hutan buatan atau taman buatan) yang telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih-benih kayu yang langka.

Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik.

Dengan bantuan para ahli botani, W Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.

Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi, yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.

Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya.

Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti "tidak perlu khawatir"). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.

Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Padjadjaran sebagai pertanda dibangunnya kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris).

Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia-Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 - 1905).

Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884) dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).

Dari ide pendiriannya, Kebon Raya Bogor identik dengan taman dan pohon-pohon besar dan tua yang menjulang tinggi dan akar-akarnya terlihat kokoh. Keceriaan selalu terpancar dari keluarga atau komunitas-komunitas yang mengunjungi kebun ini.

Namun Minggu pagi itu menjadi hari yang kelabu karena pohon kekar yang menjulang tinggi dan akar kokoh, tiba-tiba tumbang dan menimpa puluhan orang. Kesedihan teramat dalam terlihat di wajah para korban luka-luka, teman-teman dan keluarganya. (Antara)

REKOMENDASI

TERKINI