Pelayaran Feri di NTT Disetop Hingga 12 Januari

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 09 Januari 2015 | 22:09 WIB
Pelayaran Feri di NTT Disetop Hingga 12 Januari
Ilustrasi kapal Feri. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Manajemen PT ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menghentikan operasional angkutan feri atau penyeberangan antardaerah di wilayah provinsi kepulauan itu hingga 12 Januari 2015 karena gelombang tinggi.

"Kami masih menutup pelayaran di semua lintasan sejak tanggal 2 Januari 2015 dan diperkirakan akan dibuka kembali tanggal 12 Januari jika cuaca kembali normal berdasarkan rekomendasi BMKG setempat," kata General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Kupang, Arnol Yansen di Kupang, Jumat (9/1/2014).

Ia menyebutkan semua operator dan pengelola penyeberangan harus menaati kebijakan itu untuk keamanan dan keselamatan transportasi. Menurut dia, sudah hampir sepekan cuaca tidak bersahabat melanda wilayah itu berupa hujan lebat disertai angin kencang.

Hujan disertai angin kencang memicu tinggi gelombang air laut di perairan Selatan Nusa Tenggara Timur mencapai hingga lima meter.

"Kecepatan angin mencapai 25-40 km per jam dan berpotensi terjadi angin puting beliung pada daerah-daerah dataran rendah sehingga masyarakat diminta selalu waspada.

Sikap waspada itu terutama bagi navigator dan penerbang dan masyarakat yang sedang melaksanakan perjalan menggunakan pesawat terbang atau kapal laut.

Ia mengatakan potensi hujan masih akan terjadi hingga tiga hari ke depan dan gelombang tinggi berpotensi terjadi hingga sepekan ke depan, terutama di perairan bagian selatan seperti Laut Sawu bagian selatan, Laut Timor, Selat Rote dan Samudera Hindia Selatan NTT.

"Di Samudera Hindia Selatan NTT, gelombang berpotensi naik hingga mencapai 4-5 meter, bahkan gelombang maksimal berpotensi hingga mencapai di atas lima meter, terutama di Perairan NTT bagian selatan," katanya.

Ia mengatakan angin kencang itu telah berdampak pada tinggi gelombang laut di wilayah Selatan NTT dan wilayah perairan lain dalam NTT mencapai 5,0-6,0 meter, sehingga pelayaran harus dihentikan untuk satu pekan ke depan.

"Cuaca buruk sangat berdampak negatif terhadap aktivitas nelayan dan penyeberangan dari dan ke seluruh wilayah berbasiskan kepulauan itu," katanya.

Sebab dalam kondisi cuaca yang tidak menentu pemilik perahu motor maupun penumpang enggan untuk bepergian atau menunda untuk sementara sambil menunggu cuaca baik.

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat mengingatkan masyarakat umum dan nelayan yang tengah beraktivitas di darat maupun laut untuk mewaspadai Siklon Jangmi yang tumbuh di Utara Filipina dan dampaknya terasa hingga ke NTT.

"Perlu waspada untuk menghindari dampak ikutan dari Topan tersebut merambat ke Indonesia termasuk NTT," kata Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana, Kupang, Juli Setyanto.

Ia menyebut ciri khas dari siklon itu antara lain, hujan ringan hingga sedang berpotensi terjadi terus menerus khusus untuk wilayah Kalimantan Barat bagian Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua Barat dan bahkan NTT bagian Selatan dan Utara.

Selain itu katanya gelombang laut dengan tinggi dua hingga tiga meter muncul di Perairan Kepulauan Sangihe, Laut Maluku bagian Utara, Laut Halmahera, Perairan Timur Halmahera, Perairan Raja Ampat, Perairan Utara Papua Barat dan sekitar Laut Timor dan Selat Sumba. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI