Suara.com - Sejak ekor pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan oleh Kapal Geosurvey di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, tim Badan SAR Nasional langsung menugaskan KRI Banda Aceh untuk mengevakuasinya. Karena itu, kapal perang tersebut tidak pernah beroperasi ke area lain, selain di sekitar titik temuan ekor pesawat.
"KRI Banda Aceh yang selalu standby di lokasi penekuan ekor karena kapal tersebut yang akan bertugas saat ekor tersebut diangkat," kata Direktur Operasional Basarnas Marsma SB Supriyadi di Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Jumat (9/1/2015).
"Kapal-kapal lain tetap beroperasi, namun di area lain untuk mencari sembilan objek yang sudah dideteksi," Supriyadi menambahkan.
Terkait hasil operasi hari ini, katanya, belum berhasil mengangkat ekor pesawat karena cuaca yang belum bersahabat, ditambah derasnya arus laut.
Selain itu, operasi juga masih terhambat jarak pandang yang hanya satu meter di dasar laut.
"Kita belum berhasil, karena cuaca masih buruk, semoga besok cuaca baik sehingga penyelam yang sudah kita siapkan langsung turun," katanya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Minggu (28/12/2014) pagi, pesawat AirAsia mengalami lost contact. Pesawat jenis Airbus A320 dengan rute Surabaya- Singapura mengalami lost contact pada pukul 06.17 WIB di sekitar Pulau Belitung pada titik koordinat 03°22’15”S - 109°41’28.” Pesawat bertolak dari Surabaya sekitar pukul 05.35 WIB dan seharusnya tiba di Bandara Changi Singapura pukul 08.30 waktu setempat.
Adapun jumlah orang yang berada di dalam pesawat yang jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah itu, sebanyak 162 orang yang terdiri dari 138 dewasa, 16 anak-anak, satu bayi, dan tujuh awak pesawat.
Sejauh ini, tim telah menemukan jumlah korban yang sudah ditemukan 48 jenazah.