Suara.com - Hari ini, Jumat (9/1/2015), tim pencari dan penyelamat akan mengangkat ekor pesawat dari lokasi penemuannya di Selat Karimata. Pengangkatan akan dilakukan dengan dua metode, yakni dengan floating balon/lifting bag dan crane.
Kepala Tim Penyelam dari TNI AL Juanda Surabaya, Kapten Laut Saeful Aprianto, mengatakan bahwa penggunaan lifting bag atau floating balloon dalam mengangkat ekor pesawat AirAsia, sangatlah aman. Menurutnya, selain karena berat ekor pesawat nahas tersebut diperkirakan hanya 70 ton, alatnya sendiri sudah terbukti berfungsi baik dalam beberapa kejadian atau peristiwa serupa sebelumnya.
"Tidak ada risiko, sangat aman. Hanya kita perlu membersihkan area (pengangkatan), sehingga tidak ada sesuatu di dasar laut. Alat ini terakhir kita gunakan untuk pengapungan tank di Balongan. Berat tank itu kurang lebih 15 ton. Ini juga pernah digunakan untuk menaikkan kapal," kata Saeful, di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (8/1/2015).
Oleh karena itu, sebelum melakukan pengangkatan, tim akan menurunkan penyelam ke perairan sedalam 30 hingga 40 meter itu. Penyelam bertugas memastikan segala sesuatunya sudah aman sehingga proses pengangkatan ekor bisa dilakukan.
Selanjutnya, jika ekor pesawat sudah berada di dekat permukaan, pengangkatan akan dibantu dengan crane.
"Ini lebih aman dibandingkan crane. Kita akan naikkan dulu ke permukaan, kemudian baru dilanjutkan dengan crane," jelas Saeful.
Sementara itu, menurut Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FHB Soelistyo, rencana pengangkatan ekor pesawat tidak akan mengganggu pencarian korban.
"Korban akan terus menjadi prioritas kami sampai akhir operasi ini, apa pun kondisinya," ujar Soelistyo, di kantor Basarnas Pusat Jakarta, Kamis (8/1/2015).
Soelistyo mengungkapkan, semua kapal yang tidak mempunyai teknologi pendeteksi objek di bawah laut akan dikerahkan ke area dua dan tiga untuk mencari dan mengevakuasi korban.