Said Aqil: Islam Agama Berbudaya, Menghargai Perbedaan

Rabu, 07 Januari 2015 | 03:14 WIB
Said Aqil: Islam Agama Berbudaya, Menghargai Perbedaan
Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj. [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Sirodj, mengemukakan bahwa Islam merupakan agama "rahmatan lil'alamin" yang mewujudkan tatanan hidup harmonis oleh setiap insan.

"Islam agama peradaban, berbudaya, (memiliki) akhlakul karimah menghargai perbedaan," kata Said Aqil, dalam acara pelantikan PCNU Kota Bogor periode 2014-2019, di Pesantren Hammalatul Quran Al-Falakiyah Pangentongan, Kota Bogor, Selasa (6/1/2015).

Said mengisahkan, Islam pada puncak kejayaannya membawa prinsip insaniah. Diceritakannya, setelah Rasulullah selama 13 tahun di Mekkah hanya diikuti sekitar 130 sahabat, sisa penduduk Mekkah lainnya menentang dirinya. Akhirnya saat itu, Rasul terpaksa pindah ke Kota Yatsrib atau yang dikenal dengan Madinah.

Saat memasuki Kota Yatsrib itulah, menurut Said lagi, Rasul bertemu dengan masyarakat yang plural, yang terdiri dari muslim pribumi (Anshor), muslim pendatang (Muhajirin), juga non-muslim (Yahudi).

"Nabi masuk Kota Yastrib sudah mendapati masyarakat yang beragam. Ada tiga suku di dalamnya," katanya.

Pada masa itu, lanjut Said, Rasulullah SAW sudah membangun konstitusi yang maju, yang tidak berdasarkan suku, agama maupun budaya. Hal inilah lantas yang menjadikan Kota Yastrib berganti nama menjadi Madinah, yang artinya Kota Peradaban.

Dikatakannya pula, dalam Piagam Madinah, tidak dijumpai lafal Islam dan Arab. Yang ada justru persatuan dan kesatuan yang tidak memandang agama maupun suku.

"Semua penduduk Kota Yastrib sama dalam hak dan kewajibannya. Tidak ada permusuhan, kecuali pada yang melanggar hukum. Tidak boleh ada permusuhan karena agama dan suku," lanjutnya.

Sayangnya sekarang, lanjut Said Aqil, kondisi umat Muslim justru mengalami kemerosotan dan kemunduran, dengan banyaknya pihak yang mengatasnamakan agama untuk saling bermusuhan. Padahal menurutnya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memproklamirkan adanya negara Islam.

"Tetapi peradaban tanpa Islam akan kering. Oleh karena itu, Islam dan peradaban harus sejalan," ujarnya lagi.

Said Aqil mengatakan, diperlukan sikap pemaaf untuk menjadi pemimpin yang disegani, seperti yang diteladani dari Rasulullah. Sementara di bagian lain, Said Aqil menegaskan, tidak boleh ada ancaman dalam Islam, baik yang dilakukan oleh bapak kepada anaknya sendiri, maupun yang lain.

"Dalam Islam tidak boleh ada kekerasan dalam urusan agama. Tidak ada urusan agama dalam kekerasan. Apa yang dilakukan ISIS, (dengan) membantai Syiah, itu bukan cara Islam. Cara Islam bukan (cara) kekerasan," katanya lagi. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI