Suara.com - Sepasang suami istri asal Plymouth, Inggris, jadi sorotan lantaran bobot tubuhnya yang berlebihan dan disebut-sebut 'terlalu berat untuk bekerja'. Betapa tidak, jika dijumlahkan, bobot keduanya mencapai 342 kilogram.
Namun, kendati jadi pengangguran, Stephen Beer, (45) dan istrinya Michelle, (43), mampu menggelar pernikahan yang menelan dana hingga 3.000 poundsterling atau senilai Rp57 juta. Dana tersebut, sebesar Rp19 juta dipakai untuk membayar katering, sementara Rp8 jutanya mereka habiskan untuk membeli kebab favoritnya.
Lalu, dari mana mereka mendapat uang sebanyak itu padahal mereka tak bekerja? Tunjangan pemerintah jawabannya. Ya, keduanya merupakan warga yang menerima tunjangan dari pemerintah Inggris.
Stephen, yang menikah untuk kelima kalinya, berbobot 196 kilogram dan butuh memesan pakaian dengan ukuran khusus untuk pernikahan tersebut. Sementara itu, sang istri, Michelle, yang menikah untuk pertama kalinya, berbobot 146 kilogram, dan memakai gaun pengantin putih ekstra besar untuk upacara itu. Sebanyak 50 tamu yang hadir di pernikahan disuguhi makanan prasmanan lengkap.
Kehidupan sepasang suami istri ini diangkat sebagai kisah dokumenter yang ditayangkan oleh saluran televisi Channel 5 dengan judul Benefits: Too Fat To Work. Dalam dokumenter tersebut diperlihatkan bagaimana sulitnya petugas paramedis membawa Stephen ke rumah sakit setelah mengaku tidak sehat. Stephen perlu beberapa menit untuk bisa bangun dari sofa tempat ia bersandar lantaran kelebihan bobot tubuh.
Stephen mengidap banyak sekali gangguan kesehatan. Selain menderita dua jenis penyakit diabetes, lelaki tambun itu juga mengalami hipertensi dan berbagai masalah kesehatan akibat bobotnya yang berlebih. Bahkan, di paru-parunya ada gumpalan darah pula. Akibatnya, alih-alih berbulan madu, Stephen terpaksa bermalam sembilan hari di rumah sakit.
Stephen hanya bisa berdiri sebentar, sebab jika terlalu lama, ia pasti akan terengah-engah. Sang istri, Michelle, sudah tak heran melihat suaminya pergi bolak-balik ke rumah sakit.
Sebelum mengalami serangan stroke enam tahun silam, Stephen mempunyai usaha jasa cuci. Kini, ia dan istrinya harus menggantungkan hidup dari tunjangan pemerintah yang mana dananya diperoleh dari para pembayar pajak.
Dalam satu bulannya, pasangan itu menerima uang tunjangan sekitar 1.700 poundsterling atau setara dengan Rp32,7 juta. Uang sewa apartemennya pun dibayar dengan tunjangan. Seorang perawat datang dua kali sehari untuk mencuci dan membantu Stephen berpakaian.
Untuk bergerak ke mana-mana, Stephen menggunakan sebuah skuter, yang lagi-lagi didanai dengan uang tunjangan. Stephen sebenarnya ingin bisa bekerja. Namun, menurutnya, tak seorangpun yang akan memberinya pekerjaan lantaran bobot tubuhnya itu. Stephen mengaku, baru-baru ini dia melamar sebuah pekerjaan kantoran, namun lamarannya ditolak karena ia terlalu gemuk.
Dalam sebuah program televisi, Stephen malah mengkritik pemerintah. Ia menilai pemerintah terlalu murah hati kepada dirinya.
"Pemerintah membuat segalanya menjadi mudah bagi orang-orang seperti kami. Pemerintah memanjakan orang-orang yang hidup dengan tunjangan," kata Stephen dalam acara This Morning di televisi ITV.
"Sayalah yang membuat diri saya seperti ini, bukan orang lain," sambungnya.
Stephen mengatakan menjadi terlalu gemuk karena kecanduan makan. Hidup santai dengan tunjangan tidak membuat mereka puas. Malahan mereka mengikuti sebuah kelas khusus bagi orang-orang yang ingin mengurangi berat badan. (Dailymail)