Suara.com - Tim DVI Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, mulai kesulitan untuk menangani jenasah yang diinapkan di RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun.
Penyebabnya, tidak ada mesin pendingin untuk jenasah penumpang AirAsia QZ8501 yang dikirimkan ke RSUD.
"Imanuddin sampai saat ini belum ada mesin pendingin. Jadi upaya yang dilakukan adalah mengevakuasi secepat mungkin ke Surabaya," kata Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification (DVI) Polri, Kombespol Anton Castilani di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Sabtu (3/1/2015).
Dia menerangkan, sebuah jenasah cukup kuat bertahan di laut selama lima hingga tujuh hari.
Untuk menjaga kondisi jenazah agar tak bertambah buruk, Anton menyebut, jenazah harus segera dikirim ke Surabaya.
Proses identivikasi dengan menggunakan bahan kimia, menurut dia, bukanlah pilihan yang bagus.
Hal itu nantinya akan merusak jenazah dan akan mempersulit kerja tim DVI di Surabaya untuk mengungkap identitas jenazah korban AirAsia QZ8501.
Saat ini, tim DVI di RSUD Sultan Imanuddin hanya dimasukkan ke dalam peti jenazah. Tim DVI hanya bisa berharap tidak ada kebocoran supaya tidak mencemari penerbangan.
"Yang paling ideal, kalau kita bisa memiliki proses pendinginan itu lebih baik," tegas dia.
Untuk diketahui, sudah 18 jenazah korban kecelakaan AirAsia QZ8501 yang dikirim ke Bandara Juanda Surabaya.
RSUD Sultan Imanuddin saat ini masih menyimpan empat jenazah yang diantarkan Helikopter Seahawk milik Amerika Serikat kemarin petang. Empat jenasah itu masih menunggu untuk jadwal pengiriman.