Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengeluarkan dokumen analisis meteorologi setebal 14 halaman seputar dugaan penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Laporan yang ditulis Profesor Edvin Aldrian itu mengungkapkan, cuaca ekstrem diduga menjadi pemicu kecelakaan yang menimpa pesawat tujuan Surabaya-Singapura itu.
“Yang paling memungkinkan adalah fenomena cuaca yang memunculkan es membuat mesin pesawat rusak. Ini hanya merupakan satu analisis tentang kemungkinan penyebab kecelakaan yang dialami AirAsia berdasarkan data meteorologi yang tersedia dan ini bukan menjadi faktor utama dari penyebab insiden itu,” kata Edvin.
Laporan BMKG itu dirilis bersamaan dengan ombak tinggi yang melanda laut di tempat jatuhnya AirAsia sehingga membuat penyelam kesulitan untuk mengevakuasi jenazah penumpag pesawat tersebut. Hingga kemarin malam, sudah 30 jenazah yang bisa dievakuasi oleh tim SAR.
“Dua jenazah ditemukan dalam posisi masih ‘terikat’ di bangku pesawat,” kata Bambang Soelistyo, kepala Basarnas.
BMKG mengungkapkan, pesawat AirAsia itu terbang di sekitar awan badai. Selain itu, BMKG juga memastikan bahwa laporan cuaca yang dikeluarkan menunjukkan pesawat itu terbang di rute yang mengkhawatirkan. Foto satelit juga menunjukkan temperatur -80 hingga -85 derajat Celcius di mana terdapat serpihan es di awan. (Straittimes)