Suara.com - Kisah tragis suami istri asal Negara Bagian New Hampshire, Amerika Serikat yang satu ini bisa dikatakan agak sulit diterima nalar. Sang suami, Mark A. Lavoie, tega menembak istrinya, Katherine, yang sedang terbaring tak berdaya di rumah sakit. Usai melakukan aksinya, Mark menghabisi nyawanya sendiri di samping mayat sang istri.
Namun, belakangan terungkap, ada yang aneh dari peristiwa ini. Mark, si suami, membuat pesan kematian di laman Facebooknya dan mengungkapkan panjang lebar soal alasan dirinya menghabisi sang istri sekaligus mengakhiri nyawanya sendiri.
Dalam pesan yang ia buat sesaat sebelum melakukan aksinya, Mark menuturkan bahwa apa yang ia lakukan sebenarnya adalah "bunuh diri bersama". Ia mengatakan, sang istri, yang ia habisi, sudah menderita selama bertahun-tahun.
Namun, tidak jelas apa yang dimaksud Mark dengan "penderitaan" sang istri. Lewat postingan Facebooknya, Mark hanya mengatakan bahwa istrinya berupaya melepaskan diri dari semacam masalah yang menderanya sejak kanak-kanak.
Ada dugaan, si istri, Katherine, berupaya mengakhiri hidupnya, namun gagal. Kemudian, karena sang suami menghubungi nomor darurat 911, istrinya bisa diselamatkan nyawanya, meski kini harus bertahan hidup dengan sokongan alat pendukung kehidupan atau respirator. Mark menyebut, hidup dengan respirator adalah sesuatu yang sangat tidak disukai sang istri. Oleh karena itu, setelah menghabisi istrinya, ia menyudahi hidupnya untuk menyusul sang istri ke alam baka.
Tak cuma itu, Mark juga menyebutkan soal urusan bagi-bagi warisan. Di situ, ia menyebut nama Kori Ricker dan Tara Ricker-Maus, yang hingga kini belum diketahui hubungannya dengan mereka. Mark mengatakan, mereka berdualah yang berhak mendapatkan seluruh harta kekayaan dirinya dan istrinya.
Beberapa barang warisan yang disebut Mark dalam postingan FB tersebut antara lain dana pensiun, yang disebut Mark dengan istilah 401, di Portsmouth Ford dan Berlin City Ford. Mark menyebut pula letak dokumen-dokumen terkait dana tersebut.
Mark juga meminta dua orang yang bernama Jan dan Dan Roberge untuk secara sukarela mengurus soal warisan tersebut. Tak lupa, Mark meminta agar hewan-hewan peliharaan mereka dirawat.
Yang paling unik, namun juga bisa dibilang mulia adalah keputusan Mark untuk mendonorkan organ-organ tubuh mereka berdua untuk orang lain. Namun, Mark meminta agar sisa jenazah mereka dikremasi. Khusus soal abu jenazah sang istri, Mark meminta agar ada seseorang yang bersedia membuangnya di Danau Damariscotta, tempat favorit sang istri.
Di akhir pesan panjang itu, Mark mengatakan, apabila unggahan tersebut dihapus pihak Facebook, Mark masih punya salinannya di laptop.
Sesaat setelah mengunggah pesan itu, banyak rekan yang berkomentar. Namun, semua tidak menganggapnya secara serius.
Beberapa jam kemudian, respon mereka berubah 180 derajat. Mereka terkejut dan sedih atas apa yang terjadi pada pasangan itu.
Saat berita ini diturunkan, pihak berwenang masih menyelidiki kasus ini.