Kisah Penuh Tantangan dalam Pencarian Pesawat AirAsia

Jum'at, 02 Januari 2015 | 06:00 WIB
Kisah Penuh Tantangan dalam Pencarian Pesawat AirAsia
Tim Basarnas mengevakuasi satu lagi jenazah korban AirAsia QZ8501 ke Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pencarian dimulai

Senin (29/12/2014) pukul 04.00 WIB kapal memasuki perairan Belitung Timur. Tim langsung bekerja.

Kapten KN 224 Ahmad menginstrusikan kepada seluruh BSG untuk memeriksa semacam tumpahan minyak di tengah laut. Saat itu, ada dugaan itu adalah avtur pesawat AirAsia. Tapi, ternyata bukan.

Dari pagi hingga malam, tim pencari berkeliling. Tapi, mereka belum menemukan tanda-tanda pesawat AirAsia yang hilang.

Menjelang tengah malam, di tengah cuaca yang tak menentu, Kapten Ahmad pun memerintakan untuk merapat ke pelabuhan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.

Proses pencarian itu tidak bisa dilaporkan langsung ke redaksi karena tidak ada sinyal untuk komunikasi. Para wartawan baru bisa membuat laporan kepada pembaca setelah kapal merapat ke darat.

Selasa (30/12/2014) pagi, kapal Basarnas kembali bergerak. Siang hari, Basarnas pusat menginstruksikan agar kapal pencarian dilakukan ke laut Jawa karena tim pencari yang menggunakan helikopter mendeteksi ada bayangan pesawat terbalik di air.

Di lokasi itulah tim KRI Bung Tomo menemukan beberapa benda yang belakangan diketahui sebagai serpihan pesawat AirAsia. Di sekitar lokasi itu, juga ditemukan beberapa jenazah. Belakangan, jenazah ini diketahui sebagai penumpang pesawat.

Jenazah tersebut langsung diangkat dari permukaan air dan dibawa ke Bandar Udara Iskandar atau Pangkalan Bun.

Pada Rabu (31/12/2014) sekitar pukul 01.00 WIB, Kapten Ahmad memerintahkan anak buah untuk membelokkan kapal KN 24 ke Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI