Suara.com - Pengamat penerbangan sipil Dudi Sudibyo menyangsikan kalau pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh ke laut di sekitar Selat Karimata, Kalimantan Tengah, sempat terjebak di dalam turbulence.
Kepada suara.com Dudi menduga, pesawat nahas yang mengangkut 155 penumpang dan tujuh awak itu kehilangan kekuatan saat hendak bermanuver.
“Saya nggak yakin dia masuk turbulence, dia mungkin ingin manuver tapi kehilangan daya,” kata Dudi yang dihubungi melalui telepon, Rabu (31/12/2014).
Pilot pesawat dengan rute Surabaya-Singapura dalam komunikasi terakhir dengan menara kontrol ATC, juga sempat meminta menaikkan ketinggian terbang dari sebelumnya 32 ribu kaki menjadi 38 ribu kaki untuk menghindari cuaca buruk.
Keraguan Dudi ini menyusul perkiraan pesawat masih bisa dikendalikan pilot, bahkan terbuka kemungkinan ada upaya untuk mendarat darurat.
“Tapi semuanya baru bisa diketahui saat black box (kotak hitam) pesawat diketemukan,” katanya lagi.
Terkait dengan usaha mendarat darurat, Dudi merujuk pada benda-benda yang berhasil ditemukan oleh tim Badan SAR Nasional (Basarnas) mengapung di lautan.
Barang yang ditemukan antara lain adalah materi yang berhubungan dengan pintu darurat pesawat, seperti bagian pintu dan life draft atau perosotan yang otomatis berkembang saat pintu darurat terbuka.
“Dari situ tidak mungkin pintu darurat terbuka di bawah air. Artinya ada kemungkinan pintu dibuka sejak pesawat di atas air,” jelas Dudi.
Dia juga menjelaskan kalau peristiwa atau jatuhnya AirAsia tidak sama dengan kondisi Adam Air yang jatuh dan tenggelam pada 1 Januari 2007.