Suara.com - Minggu (26/10/2014) petang, ada berita yang tak kalah besar dari pengumuman Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. Yakni, aksi merokok Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di kompleks Istana.
Selama berhari-hari, pro kontra terhadap kelakuan Menteri Susi menjadi berita utama media massa di Indonesia. Susi sampai harus membuat pernyataan khusus untuk meluruskan kejadian tersebut.
"Dulu itu dipelintir, saya nggak pernah berniat mau merokok di depan media massa. Setelah itu, sampai ada ibu-ibu yang mengirim SMS ke saya yang isinya 'Ibu Susi, anak saya ngefans sama ibu. Nanti takutnya dia ikut-ikutan ibu merokok'," kata Menteri Susi di depan para pimpinan redaksi media massa cetak, elektronik, maupun online dalam acara Chief editor meeting di Hotel Grand Hyatt, Thamrin, Jakarta, Jumat (7/11/2014).
Boleh jadi, perempuan asal Pangandaran, Jawa Barat, inilah menteri pertama yang berani merokok di dalam kompleks Istana Kepresidenan.
Tak hanya soal rokok, ketika awal-awal dipilih Presiden Jokowi menjadi menteri, tato di kaki Susi pun menjadi sorotan media.
Menteri Susi memang berbeda. Putri dari pasangan Haji Ahmad Karlan dan Hajjah Suwuh Lasminah ini tak seperti pejabat menteri terdahulu, dimana selalu menunjukkan sosok birokrat atau manis di depan media. Susi lebih suka santai dan dekat. Itu sebabnya, media menjulukinya seorang yang spontan, cuek, eksentrik, dan ceplas-ceplos.
Suatu hari, Susi mengaku tak bakal mengubah gayanya, walaupun sekarang sudah menjadi pejabat negara.
"Kalau saya disuruh berubah, seperti birokrat, seperti ibu-ibu manis yang feminis, ya tidak bisa," kata Susi sambil tertawa, Selasa (28/10/2014).
Susi mengatakan karakternya sudah terbentuk sejak kecil dan sangat sulit untuk mengubahnya.
"50 tahun saya seperti ini," kata Susi.
Pendidikan Susi juga sempat disoal. Ia diragukan bisa mengurus Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh sejumlah kalangan karena tidak lulus Sekolah Menengah Atas. Tapi, Susi tak mau ambil pusing soal itu.
"Just go through and do it," kata Susi. Susi adalah menteri lulusan SMP yang pertama sejak Indonesia memasuki reformasi.
Latar Belakang
Susi lahir 15 Januari 1965. Ia merupakan pemilik sekaligus Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product dan PT ASI Pudjiastuti Aviation.
Sampai awal 2012, maskapai Susi Air mempunyai sebanyak 46 pesawat, mulai dari Cessna Grand Caravan, Pilatus PC-06 Porter, sampai Piaggio P180 Avanti. Penerbangan ini mempekerjakan 179 pilot, dengan 175 di antaranya merupakan pilot bule.
Susi sudah menerima segudang penghargaan, di antaranya Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia.
Kemudian di tahun 2006, Susi menerima Metro TV Award for Economics, Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia Berprestasi Award 2009 dari PT Exelcomindo. Dan pada 2008, Susi mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School.
Bakar Kapal
Ternyata, banyak orang "tertipu" dengan gaya Susi. Pemilik ijazah SMP itu membuktikan diri menjadi menteri yang tidak memble.
Setelah melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, atau daerah perbatasan langsung dengan Malaysia, Susi kesal dengan banyaknya kapal asing ilegal yang mencuri ikan di perairan Indonesia.
"Saya instruksikan tangkap dan bakar kapal asing yang masuk perairan Berau," kata Susi.
Instruksi ini membuat banyak pihak yang meragukan, terbelalak.
Instruksi tersebut langsung ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim KKP bersama Pemkab Berau, TNI dan Polri. Susi meminta tim gabungan tersebut untuk tak takut untuk menangkap kapal asing yang beroperasi di perairan Berau.
Setelah itu, beberapa kapal ilegal dibakar. Pembakaran kapal tersebut untuk mengirimkan pesan agar maling-maling ikan berskala besar jangan macam-macam lagi dengan Indonesia.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Asril Tanjung, adalah salah satu politisi yang meragukan Susi. Tapi, setelah melihat aksi Susi, Asril optimistis sektor kelautan dapat berkembang.
"Saya sempat enggak yakin lulusan SMP, tapi kok berani nangkap dan bakar kapal. Ini yang memberi harapan kepada kita," katanya, Kamis (18/12/2014).
Asril mengatakan persoalan keamanan laut Indonesia sangat rumit.
"TNI kita terutama laut belum disegani negara tetangga, Singapura saja enggak takut," kata Asril.
Saat ini, Susi dan tim tengah bekerja keras untuk membenahi sektor kelautan dan perikanan. Ia ingin membantu para nelayan dalam negeri, terutama yang masih kecil.
Kementerian yang dipimpin Susi ingin mewujudkan kemandirian Indonesia di sektor maritim.