Susi Pudjiastuti, Menteri Lulusan SMP Pertama di Era Reformasi

Siswanto Suara.Com
Senin, 29 Desember 2014 | 06:00 WIB
Susi Pudjiastuti, Menteri Lulusan SMP Pertama di Era Reformasi
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memegang pipi seorang anak nelayan. (Antara/Boyke LW)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Minggu (26/10/2014) petang, ada berita yang tak kalah besar dari pengumuman Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. Yakni, aksi merokok Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di kompleks Istana.

Selama berhari-hari, pro kontra terhadap kelakuan Menteri Susi menjadi berita utama media massa di Indonesia. Susi sampai harus membuat pernyataan khusus untuk meluruskan kejadian tersebut.

"Dulu itu dipelintir, saya nggak pernah berniat mau merokok di depan media massa. Setelah itu, sampai ada ibu-ibu yang mengirim SMS ke saya yang isinya 'Ibu Susi, anak saya ngefans sama ibu. Nanti takutnya dia ikut-ikutan ibu merokok'," kata Menteri Susi di depan para pimpinan redaksi media massa cetak, elektronik, maupun online dalam acara Chief editor meeting di Hotel Grand Hyatt, Thamrin, Jakarta, Jumat (7/11/2014).

Boleh jadi, perempuan asal Pangandaran, Jawa Barat, inilah menteri pertama yang berani merokok di dalam kompleks Istana Kepresidenan.

Tak hanya soal rokok, ketika awal-awal dipilih Presiden Jokowi menjadi menteri, tato di kaki Susi pun menjadi sorotan media.

Menteri Susi memang berbeda. Putri dari pasangan Haji Ahmad Karlan dan Hajjah Suwuh Lasminah ini tak seperti pejabat menteri terdahulu, dimana selalu menunjukkan sosok birokrat atau manis di depan media. Susi lebih suka santai dan dekat. Itu sebabnya, media menjulukinya seorang yang spontan, cuek, eksentrik, dan ceplas-ceplos.

Suatu hari, Susi mengaku tak bakal mengubah gayanya, walaupun sekarang sudah menjadi pejabat negara.

"Kalau saya disuruh berubah, seperti birokrat, seperti ibu-ibu manis yang feminis, ya tidak bisa," kata Susi sambil tertawa, Selasa (28/10/2014).

Susi mengatakan karakternya sudah terbentuk sejak kecil dan sangat sulit untuk mengubahnya.

"50 tahun saya seperti ini," kata Susi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI