Suara.com - Beberapa saksi mata mengaku mendengar suara klakson kereta api Majapahit beberapa kali sebelum tabrakan maut di perlintasan tanpa palang pintu di Desa Bendiljati Wetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jumat (26/12/2014), mengakibatkan dua korban tewas dan enam luka berat.
"Kami mendengar suara klakson kereta beberapa kali sebelum kemudian diikuti suara benturan sangat keras antara kereta dengan mobil tersebut," tutur Suharno, salah satu saksi mata.
Begitu mendengar suara benturan keras, Suharno dan sejumlah warga keluar rumah dan melihat ke arah sumber suara.
Saat itu, yang mereka saksikan adalah sebuah mobil Isuzu Panther yang tereret kereta api Majapahit yang melaju kencang dari timur ke arah barat.
"Tapi memang tidak ada suara sirine peringatan. Mungkin itu salah satu penyebab korban tidak cepat mengetahui akan ada kereta melintas di jalur yang dilaluinya," katanya.
Kesaksian itu diperkuat keterangan seorang sopir truk yang melintas di jalur yang sama, hanya selang beberapa detik sebelum kecelakaan antara KA Majapahit dan mobil Isuzu Panther nopol N 1694 AK.
Di hadapan polisi, saksi sopir itu mengaku tidak mendengar sama sekali bunyi sirine peringatan yang terpasang beberapa meter di jalur pintu perlintasan kereta tersebut.
Di perlintasan tanpa palang pintu tersebut, kata Suharno dan beberapa warga lain, juga tidak ada penjaganya.
"Mobil berada di selatan hendak menyeberang ke utara. Selisih beberapa menit sebelum peristiwa, sebuah truk juga melintas dari arah berlawanan. Untungnya selamat. Sebab sirinenya memang tidak bunyi. Yang ada hanya lampu peringatan bahaya," kata Suharno.
Tabrakan maut dalam kecepatan tinggi itu mengakibatkan mobil Panther yang ditumpangi delapan orang sekeluarga itu terseret hingga radius sekitar 500 meter.
Mobil Panther itu kemudian terlempar ke sisi selatan perlintasan kereta dalam kondisi ringsek berat.
Sementara KA Majapahit sempat berhenti beberapa lama, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya menuju Stasiun Kota Tulungagung dan berakhir di Jakarta.
Dalam insiden tersebut, sopir Isuzu Panther, Sunardi (55) dan istrinya, Wati (50) tewas.
Sementara enam putra-putri, menantu dan cucunya mengalami luka parah dan harus menjalani perawatan intensif di IRD RSUD dr Iskak, Tulungagung.
Keenam korban kecelakaan antara KA Majapahit dan mobil Isuzu Panther tersebut masing-masing adalah Restu Ningsih (31), Miftakhul Rohmah (27), Emi (27), Tika Afriani (17), Mirza Akma Alosiah (4), serta Fadil (2).
Kanit Laka Polres Tulungagung Inspektur Dua Sukardi yang ditemui di lokasi mengatakan masih melakukan penyelidikan penyebab kecelakaan.
"Kami masih melakukan penyelidikan dengan meminta keterangan saksi di lapangan. Sebab informasinya saat kejadian sirine di pelintasan tidak aktif," kata Budi Suyanto. (Antara)