Meski ruangan masih kosong, Sayed tak patah semangat. Ia tetap memutuskan untuk menunggu para peserta hingga waktu dzuhur tiba. Setelah melaksanakan salat dzuhur, Sayed kembali melihat kondisi Aula. Dan ternyata masih tidak berpenghuni. "Barulah saya putuskan untuk kembali ke rumah," katanya.
Dengan meminta bantuan Nazar, Sayed pun kembali. Awalnya, kata Sayed, agar perjalanan tidak terganggu, Ia dan Nazar akan melewati Jalan Iskandar Muda menuju Ulee Lheu, lalu belok melalui Desa Deyah Geulumpang untuk sampai ke rumah. Namun rencana itu sia-sia, sesampai di kawasan Taman Sari, Banda Aceh, sepeda motor tak bisa lagi berjalan.
"Karena sudah dipenuhi lumpur jadi gak bisa jalan lagi. Saya lantas memutuskan berjalan kaki hingga sampai lapangan Blang Padang. Di situ saya dengar dari orang-orang kalau desa tempat saya tinggal telah hancur, kita tidak bisa lagi ke sana," kata Sayed.
Hati Sayed bergetar sambil menimbulkan tanda tanya, Musibah apa yang terjadi ini ? Sebab ia sendiri memang melihat banyak tumpukan sampah bangunan rumah yang hancur. Mayat-mayat yang bergelimpangan di sekitarnya. Ada juga yang merintih kesakitan menahan tumpukan kayu.
"Saya sempat lihat dari dekat mayat anak-anak yang diletakkan di pinggir jalan, siapa tahu anak itu mirip dengan dua anak saya Nada Nursaid yang 6 tahun dan Rif'ah Nusaid yang berusia 1,5 tahun," katanya.
Setelah lelah mencari, Sayed lantas memutuskan kembali ke Gedung ICMI. Di sana ia berkesimpulan untuk menemui saudaranya, Sayuthi Sulaiman yang tinggal di kawasan Setui, Banda Aceh. Hanya berselang beberapa menit setelah pikiran itu di niatkan, ia pun beranjak.
"Di tempat Sayuthi inilah saya baru mendapat gambaran yang agak jelas tentang apa yang terjadi," katanya.
Sayed tak banyak bicara. Ia hanya diam setelah mendengar kabar itu. Kabar tentang tsunami telah menyapu Banda Aceh.
"Dan di situ saya berkesimpulan jika anak-anak dan istri saya tidak ada lagi," katanya.
Alasan itu diucapkan Sayed, karena rumah mereka tak jauh dari laut. Kawasan Meuraxa Banda Aceh merupakan salah satu titik terparah yang dilanda tsunami 2004 lalu.