Setelah mengetahui kondisi tersebut, Muharram kemudian melanjutkan perjalanannya ke Jalan Ponegoro. Sesampai di sana ia berhenti di sebuah warung kopi. Namun tak lama berselang, setelah memesan kopi, suara gemuruh muncul. Orang-orang berlarian sambil berteriak: air..air..air !!!
“Saya pikir apa dibilang orang-orang, banjir..!! Wab ie ka di ek berati banjir (karena air sudah naik berartikan banjir). Keluarlah saya dari warung, orang-orang udah lari ketakutan,” ujar Muharram dengan nada suaranya yang khas Aceh.
Melihat kejadian itu, Muharram tak tinggal diam. Karena memang melihat air di kejauhan, ia ikut berlari bersama ratusan orang warga lainnya. Ia bergegas menuju Masjid Raya Baiturahman, sebagai lokasi terdekat.
“Pas saya manjat ke atap gedung parkir sepeda motor sebelah utara, pas air pertama lewat, cuma satu langkah bedanya. Karena saya takut sekali, saya lompat dan masuk ke dalam masjid,” katanya.
Di dalam masjid, kata dia, orang-orang begitu panik. Ada yang tak henti berzikir dan membaca doa, ada juga yang sibuk berlari, mencari tempat yang lebih tinggi. Suara jeritan dan tangis juga terdengar mengisi setiap sudut masjid.
“Macam-macam, ada yang nangis, zikir, baca doa, sampe lari-lari cari tempat aman. Macam-macamlah saat itu karena saking paniknya,” kisah Muharram yang kini bekerja sebagai juru parkir di Masjid Raya Baiturrahman.
Diantara ribuan manusia yang bertumpuk di dalam masjid, Muharram kembali mencari perlindungan. Ia pun menerobos masuk menuju atap. Melewati pintu bagian dalam masjid, ia bersama sejumlah warga lainnya berhasil mecapai atap masjid, tepatnya di samping kubah.
“Sampai di atap, saya lihat memang sudah disapu semua. Airnya hitam seperti berdiri. 4 menara masjid saat itu goyang-goyang ,” katanya.
Dari tempat itu, Muharram melihat persis betapa ganasnya gelombang Tsunami. Selain menyapu bangunan yang ada, gelombang tersebut juga menyeret ratusan manusia. Air dari gelombang dahsyat itu, dikatakannya, begitu pekat seperti bercampur dengan lumpur.
“Seperti berdiri airnya, hitam pekat. Diantara air yang itulah saya mlihat banyak mayat-mayat, orang yang kena seret arus tsunami,” katanya.