Suara.com - Ada banyak cara yang bisa dilakukan orang untuk menolong sesama. Namun, apa yang dilakukan perempuan muda yang satu ini tergolong luar biasa dan menunjukkan kerelaan untuk berkorban.
Semua berawal dari kisah Ang Yong Hong, seorang lelaki tua yang harus bekerja membanting tulang untuk keluarganya. Demi memenuhi kebutuhan istri dan satu anaknya, lelaki berusia 52 tahun itu rela menjalani dua pekerjaan, yakni sebagai sopir taksi dan koki warung makan khusus vegetarian.
Malang, Ang mengalami gangguan kesehatan yang berujung pada kerusakan liver. Ang hanya punya kemungkinan bertahan hidup jika ada orang yang rela mendonorkan livernya untuk dirinya.
Kisah Ang dimuat di portal online Lianhe Wanbao dengan tujuan mengundang orang yang tergerak hatinya untuk menyumbangkan organ vital tersebut. Pada artikel yang dimuat di portal tersebut disampaikan pula ajakan pada siapapun yang memiliki golongan darah B atau O, dan yang bersedia, untuk menyumbangkan livernya.
Hanya dalam waktu singkat, kisah Ang sampai ke telinga orang-orang berhati mulia yang bersedia memberikan pertolongan. Lewat tautan yang disebarkan melalui aplikasi pengiriman pesan WhatsApp, seorang perempuan cantik asal Singapura, mengetahui kemalangan yang menimpa Ang.
Regina Lee namanya. Perempuan berusia 26 tahun itu tergerak akan nasib Ang. Cantik parasnya, cantik pula hatinya. Regina bersedia menolong, menyumbangkan sebagian livernya untuk lelaki yang sekarat itu. Regina membuktikan, kecantikan yang ia miliki tak hanya setebal kulit.
"Golongan darah saya B dan usia saya juga masih sesuai untuk mendonorkan organ. Ini mungkin takdir," kata Regina yang seorang dosen fakultas keperawatan itu.
Ketika ditanya mengapa memilih menolong orang yang tidak ia kenal, Regina mengatakan, dirinya tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang dicintai. Ketika masih kerja magang sebagai perawat, Regina menyaksikan bagaimana seorang bocah meregang nyawa akibat luka dalam kecelakaan yang dialaminya. Regina mengaku masih mengingat tangis memilukan dari orang tua si bocah. Sejak saat itu, Regina menyadari bahwa hidup sangat berharga.
Regina mengaku telah menghubungi istri Ang, Maggie Fong, soal niatnya mendonorkan liver. Maggie, istri Ang, menghargai tawaran Regina dan berulang kali mengucapkan terima kasih.
Kendati Regina sudah merelakan livernya untuk Ang, perempuan itu harus bersabar dan mengikuti sejumlah tes medis untuk memastikan apakah livernya cocok dengan tubuh Ang. Saat ditanya soal kemungkinan pengaruh buruk terhadap kesehatan pascadonor, Regina mengaku tidak takut. Sempat mendapat pertentangan dari ibunya, Regina akhirnya berhasil meyakinkan sang ibu bahwa ia melakukan hal yang benar.