Isma: Nikah Muda Solusi Masalah Seks dan Hamil di Luar Nikah

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 19 Desember 2014 | 17:08 WIB
Isma: Nikah Muda Solusi Masalah Seks dan Hamil di Luar Nikah
Ilustrasi pasangan menikah (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelompok Islam negeri jiran, Ikatan Muslimin Malaysia (Isma) baru-baru ini menyatakan bahwa Malaysia akan bertahan sebagai negara berpendapatan tinggi jika kaum lelaki tetap menjadi tulang punggung keluarga, sementara kaum perempuannya fokus membesarkan anak.

Isma mengatakan, ketika kaum lelaki membanting tulang mencari nafkah bagi keluarga, perempuan seharusnya tidak ikut-ikutan bekerja, melainkan berkontribusi melalui "cara yang pantas bagi mereka". Namun, tidak disebutkan secara rinci cara-cara tersebut.

"Sebuah negara dengan pendapatan nasional yang tinggi tidak boleh menjadikan perempuan sebagai penyumbang (tenaga) utama, melainkan lelaki yang harus memimpin angkatan kerja dan mengambil bagian terbesar dalam membentuk negara ini," kata kepala biro keluarga dan masyarakat Isma, Dr. Nur Farrah Nadia Najib.

Mengutip sebuah artikel di Wall Street Journal, Farrah mencontohkan Jepang sebagai salah satu negara yang sukses berkat rendahnya keikutsertaan perempuan dalam angkatan kerjanya, yakni hanya 40 persen dari keseluruhan tenaga kerja, serta hanya 1,2 persen yang duduk sebagai anggota direksi perusahaan-perusahaan besar. Namun, sepertinya, Jepang tidak ingin selamanya seperti itu. Hal itu terbukti lewat pernyataan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bulan September lalu yang justru mendorong agar lebih banyak perempuan terjun ke dunia kerja.

"Kita hanya perlu orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat. Kaum lelaki di negara-negara lain terlibat aktif di dunia kerja dan meraih kesuksesan," kata Farrah.

"Kaum perempuan kita harus dididik dengan beragam keterampilan untuk mewujudkan anak-anak perempuan dan lelaki yang sukses dan sehat, serta mampu berkontribusi pada komunitas masyarakat melalui cara-cara yang pantas untuk mereka," sambungnya.

Farrah juga mengatakan bahwa, pernikahan di usia muda seharusnya dijadikan sebagai solusi masalah sosial seperti seks dan kehamilan di luar nikah.

"Jika muda-mudi ini menikah lebih awal karena masalah-masalah yang saya sebutkan di atas, maka itu berarti, menikah muda tidak jadi masalah, itu adalah sebuah solusi," ujar Farrah.

"(Itu) adalah solusi yang tidak ideal tapi diperlukan untuk mengatasi rendahnya moralitas dan norma-norma sosial. Cara yang lebih produktif adalah dengan mempelajari mengapa masyarakat yang lebih muda rentan terhadap masalah ini, sekaligus memberikan bantuan untuk meraih masa depan yang lebih baik," katanya lagi.

Hari Selasa, 16 Desember 2014, perwakilan United Nations Population Fund (UNFPA), Michelle Gyles-McDonnough membeberkan temuan mengejutkan soal membengkaknya jumlah muda-mudi Malaysia yang menikah di usia muda dan berkeluarga sebelum siap secara fisik dan mental. Menurut Michelle, lebih dari 150.000 muda-mudi Malaysia menikah di bawah usia 19 tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI