Polisi Turki Gerebek Media-media Pengeritik Erdogan

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 15 Desember 2014 | 02:34 WIB
Polisi Turki Gerebek Media-media Pengeritik Erdogan
Pemimpin Redaksi Harian Zaman ditangkap oleh polisi Turki, Minggu (14/12/2014) [Reuters/Murad Sezer).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepolisian Turki, pada Minggu (14/12/2014), menggerebek kantor-kantor media yang dekat dengan seorang ulama oposisi Presiden Tayyip Erdogan dan menangkap 24 orang termasuk para pemimpin media tersebut.

Kantor surat kabar harian Zaman dan stasiun televisi Samanyolu digerebek karena dituding terlibat aksi terorisme dan konspirasi untuk menggulingkan Erdogan. Kedua media itu dituding dekat dengan Fetullah Gulen, ulama Turki yang sempat menjadi sekutu Erdogan tetapi belakangan dituduh berusaha menggulingkan politikus yang sudah berkuasa sejak 2003 itu.

Penggerebekan yang disiarkan langsung oleh stasiun-stasiun televisi Turki menunjukkan pemimpin redaksi Zaman, Ekrem Dumanli, tersenyum saat memeriksa dokumen-dokumen polisi sebelum ia digiring di tengah tepuk tangan dan dukungan dari para staf yang berkumpul di kantor surat kabar top Turki itu.

"Biarkan mereka yang terlibat kejahatan merasa ketakutan," kata Dumanli saat digiring oleh polisi, "Kami tidak takut!"

Ratusan orang yang berkumpul di sekitar kantor koran itu berteriak "Pers tidak bisa dibungkam" dan "Turki bangga akan kalian!"

Kepala Kejaksaan Istanbul, Hadi Salihoglu, dalam pernyataan resmi mengatakan bahwa surat perintah penangkapan sudah dikeluarkan untuk 31 orang. Mereka dituding "membangun sebuah kelompok teroris", melakukan penipuan, dan fitnah.

Setidaknya 24 orang ditahan dalam penggerebekkan yang digelar di seluruh Turki. Selain pemimpin media, polisi juga menahan dua bekas perwira polisi.

Adapun Erdogan menuding Gulen membangun sebuah "struktur paralel" di Turki, memanfaatkan para pendukungnya di institusi yudisial, kepolisian, dan menyebarkan pengaruhnya melalui media.

Gulen, yang mengasingkan diri di Pennsylvania sejak 1999, selalu membantah tudingan itu dan menyangkal berambisi menjatuhkan Erdogan.

Erdogan, yang menjadi Perdana Menteri Turki sejak 2003, awalnya memanfaatkan pengaruh Gulen di kepolisian dan lembaga yudisial untuk menghadang kekuatan militer yang berkuasa sejak 1960. Tetapi hubungan baik keduanya tak bertahan lama.

Erdogan, setelah berkuasa sebagai Perdana Menteri hingga 2014 dan menjabat kembali sebagai Presiden pada Agustus lalu, mencap "Gulenist" sebagai teroris dan pengkhianat. '

Hubungan Erdogan dan Gulen kian memburuk sejak sejak muncul dugaan korupsi di lingkaran dalam Erdogan, yang juga melibatkan salah satu putera sang presiden, Desember tahun lalu. Setelah penggerebekan oleh polisi, tiga menteri Erdogan mengundurkan diri. Tak lama, Erdogan membersihkan lembaga kepolisian dan kejaksaan dari orang-orang Gulen dengan mencopot ribuan polisi, ratusan jaksa dan hakim.

Belakangan kejaksaan Turki menutup kasus Korupsi yang melibatkan orang-orang Erdogan. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI